hanif_alim
Mereka kerja jujur dan capek, tapi yang diliat cuma seragamnya ๐ฅน Tiap hari harus senyum, ramah, siap melayani, malah kadang dihina padahal mereka juga manusia yang kerja keras buat hidup. Lucunya, profesi ini sering dianggap remeh, sampai orang-orang ngerasain sendiri beratnya. Bayangin kalau mereka gak ada. Siapa yang jaga kebersihan, layanin kita, bantu urus hal-hal kecil yang sebenernya besar dampaknya? Dunia kerja gak bakal jalan lancar tanpa mereka. Menghargai bukan soal pengalaman, tapi soal empati. Pernah ada di posisi mereka? Sharing yuk di kolom komentar!
Pernah mikir gak "Kerja kok gini banget ya?" ๐ฅ Banyak banget anak muda yang niat kerja, udah siap belajar, tapi mentok cuma gara-gara umur lewat 25, belum pengalaman, atau gak memenuhi standar "good looking". Padahal, kerja bukan soal tampang, tapi soal kemampuan, semangat belajar, dan tanggung jawab. Parahnya, job desc-nya udah kayak serabutan, tapi gaji masih jauh dari layak.ย Sistem rekrutmen kayak gini justru bikin banyak potensi bagus ke-skip. Yang baru lulus kuliah jadi bingung mulai dari mana, yang mau pindah jalur karir malah gak dikasih kesempatan. Dunia kerja harusnya jadi tempat berkembang, bukan tempat yang nutup pintu cuma gara-gara hal-hal yang gak esensial.ย Tips dari gue buat kalian yang lagi berjuang kerja/cari kerja : 1. Value yourself. Gak semua tawaran kerja harus diterima, apalagi kalau udah jelas eksploitasi.ย ย 2. Bangun skill pelan-pelan, tapi konsisten. Dunia kerja emang keras, tapi kita bisa lebih cerdas.ย ย 3. Jangan takut coba hal baru. Kesempatan datang dari keberanian belajar. Kalian pernah ngalamin kondisi kerja/nyari kerja yang kaya gimana nih guys? Sharing yuk di komen!
JADI SPG TIDAK PERLU "Berpenampilan Menarik" dan "Tinggi minimal 170cm". Kok bisa ya?๐ค Salah satu wanita asal Indonesia yang tinggal di Amerika dengan username sosial media san_san26 membagikan momen saat berada di toko Apple Amerika. Bisa dilihat bahwa "tinggi" bukan jadi tolak ukur untuk jadi SPG di Apple Store. Kalau dipikir-pikir, kenapa ya di Indonesia jadi SPG harus tinggi dan "berpenampilan menarik"? Padahal yang paling penting dari pekerjaan ini tuh bisa bantu pelanggan dengan baik, ramah, dan ngerti soal produk. Sayangnya masih banyak perusahaan yang fokus ke penampilan luar, bukan ke kemampuan kerja. Apple Store nunjukin kalau yang penting itu attitude dan skill, bukan soal tinggi badan atau standar kecantikan. Mungkin udah waktunya juga nih kita mulai mikir ulang soal standar-standar yang sebenarnya nggak relevan, supaya lebih banyak orang punya kesempatan kerja yang adil Menurut kalian gimana terhadal fenomena ini? Komen dibawah yaโผ๏ธ Follow @hanif_alim untuk dapatkan +10 loker terpercaya & full WFH setiap minggunya dan tips karier langsung dari expertnya๐ฅ
#Kaburajadulu tanpa harus keluar negeri? Emang bisa? BISA BANGETโผ๏ธ kemarin gue habis meet up dengan 3 rekan yang kerja di perusahaan Eropa tapi tetap standby di Indonesia lho! Apalagi mereka dapat gaji yang kompetitif, di support asuransi kesehatan, dan benefit lainnya. bahkan untuk bisa join mudah banget, cukup siapin CV dan ikuti proses rekrutmen seperti pada umumnya. Jadi, ga ada urus visa atau administrasi lainnya yg prosesnya panjang banget. Buat yg mau juga, bisa follow @intalenta.id untuk dapatin info loker terupdatenya๐ฅ
Sebenarnya gue nggak kaget kalau sekarang anak kuliah udah sibuk cari magang dari semester awal. Mungkin dulu, lulus dulu baru mikirin kerja, tapi sekarang? Itu udah kayak terlambat banget! Mahasiswa sekarang udah paham pentingnya pengalaman sejak dini, jadi mereka nggak nunggu kelar kuliah buat ngasah skill. Bahkan, banyak yang udah ngumpulin pengalaman di perusahaan-perusahaan besar sebelum lulus! Jadi, kalau masih ngerasa aman dengan rencana โlulus dulu baru magangโ, hati-hati, posisi yang kamu idamkan bisa jadi udah diambil orang lain. Tips gue buat kamu yang lagi prepare cari kerja: 1. Magang Sejak Dini Jangan tunggu lulus, mulai dari semester awal atau dua. Contoh nyatanya, banyak alumni sukses kayak [Nama Alumni] yang langsung ngelamar magang di perusahaan besar seperti OVO atau Bukalapak sejak semester 5. Itu bukan kebetulan, tapi strategi buat ngasah skill lebih awal. 2. Bangun Personal Brand Lewat Proyek Freelance atau Side Projects Nggak harus nunggu magang, kamu bisa mulai bikin portofolio sendiri lewat freelance atau proyek pribadi. Banyak banget platform kayak Upwork atau Fiverr yang bisa jadi tempat buat lo nunjukin skill, apalagi kalau lo bisa bikin project nyata yang orang butuh, kayak analisis data, desain grafis, atau penulisan. Ini jadi nilai tambah yang kelihatan langsung di CV. 3. Networking itu Kunci Kadang, kesempatan nggak datang dari lowongan yang dilihat di job portal, tapi dari hubungan yang udah kamu bangun sebelumnya. Lo bisa mulai dengan ikut webinar, seminar, atau acara networking yang berkaitan dengan industri yang lo minati. Contohnya, gue sendiri sering nemuin peluang lewat acara komunitas atau diskusi-diskusi di LinkedIn. 4. Skill Lebih Penting dari Gelar Lo bisa liat, banyak perusahaan sekarang lebih ngeliat skill ketimbang sekadar gelar. Misalnya, kalau lo tertarik di bidang data, kemampuan lo di Excel, SQL, atau Python lebih dibutuhkan daripada cuma bilang โS1 Statistik.โ Jadinya, investasi di skill yang bisa langsung dipraktekin di pekerjaan nyata itu jadi prioritas. Ingat, dunia kerja nggak nungguin lo siap. Mulai dari sekarang, dan jangan biarkan kesempatan lewat begitu aja! Kalau mau konsultasi karier, DM gue ya!
Sebenarnya gue nggak kaget kalau sekarang anak kuliah udah sibuk cari magang dari semester awal. Mungkin dulu, lulus dulu baru mikirin kerja, tapi sekarang? Itu udah kayak terlambat banget! Mahasiswa sekarang udah paham pentingnya pengalaman sejak dini, jadi mereka nggak nunggu kelar kuliah buat ngasah skill. Bahkan, banyak yang udah ngumpulin pengalaman di perusahaan-perusahaan besar sebelum lulus! Jadi, kalau masih ngerasa aman dengan rencana โlulus dulu baru magangโ, hati-hati, posisi yang kamu idamkan bisa jadi udah diambil orang lain. Tips gue buat kamu yang lagi prepare cari kerja: 1. Magang Sejak Dini Jangan tunggu lulus, mulai dari semester awal atau dua. Contoh nyatanya, banyak alumni sukses kayak [Nama Alumni] yang langsung ngelamar magang di perusahaan besar seperti OVO atau Bukalapak sejak semester 5. Itu bukan kebetulan, tapi strategi buat ngasah skill lebih awal. 2. Bangun Personal Brand Lewat Proyek Freelance atau Side Projects Nggak harus nunggu magang, kamu bisa mulai bikin portofolio sendiri lewat freelance atau proyek pribadi. Banyak banget platform kayak Upwork atau Fiverr yang bisa jadi tempat buat lo nunjukin skill, apalagi kalau lo bisa bikin project nyata yang orang butuh, kayak analisis data, desain grafis, atau penulisan. Ini jadi nilai tambah yang kelihatan langsung di CV. 3. Networking itu Kunci Kadang, kesempatan nggak datang dari lowongan yang dilihat di job portal, tapi dari hubungan yang udah kamu bangun sebelumnya. Lo bisa mulai dengan ikut webinar, seminar, atau acara networking yang berkaitan dengan industri yang lo minati. Contohnya, gue sendiri sering nemuin peluang lewat acara komunitas atau diskusi-diskusi di LinkedIn. 4. Skill Lebih Penting dari Gelar Lo bisa liat, banyak perusahaan sekarang lebih ngeliat skill ketimbang sekadar gelar. Misalnya, kalau lo tertarik di bidang data, kemampuan lo di Excel, SQL, atau Python lebih dibutuhkan daripada cuma bilang โS1 Statistik.โ Jadinya, investasi di skill yang bisa langsung dipraktekin di pekerjaan nyata itu jadi prioritas. Ingat, dunia kerja nggak nungguin lo siap. Mulai dari sekarang, dan jangan biarkan kesempatan lewat begitu aja! Kalau mau konsultasi karier, DM gue ya!
Gen Z : Siapa sih yang nyiptain interview? ๐โโ Proses interview kerja tuh bikin frustrasi banget, apalagi buat Gen Z yang biasanya kalo komunikasi itu cepat dan to the point. Tapi sebenarnya, interview bukan sekadar formalitas aja, itu bisa jadi momen di mana kedua belah pihak saling "memilih". Bukan cuma perusahaan yang mau tahu siapa kamu, tapi kamu juga punya kesempatan buat tau apakah tempat itu cocok buat karir kamu. Kadang, pertanyaan yang keliatannya โribetโ justru buat ngulik lebih dalam tentang kepribadian dan kesiapan kamu. Kalau dipikir-pikir, wajar aja kan? Gak ada perusahaan yang mau sembarangan rekrut orang tanpa tau motivasinya. Sama kaya kita cari teman hidup, bukan cuma asal cocok di awal, tapi juga harus tahan dalam perjalanan panjang ke depan. Mungkin yang perlu diubah bukan cuma cara HRD nanya, tapi juga bagaimana kita melihat proses interview itu sendiri. Daripada merasa dihakimi, coba lihat itu sebagai ruang untuk menunjukkan keunikan diri kamu. Kalau kamu pernah dapat pertanyaan interview yang bikin heran, jangan buru-buru kesel. Siapa tau itu cuma cara mereka cari tahu sisi terbaik kamu yang belum kelihatan. Gimana menurut kamu? Masih heran gak sama pertanyaan interview? ๐
JADI SPG TIDAK PERLU "Berpenampilan Menarik" dan "Tinggi minimal 170cm". Kok bisa ya?๐ค Salah satu wanita asal Indonesia yang tinggal di Amerika dengan username sosial media san_san26 membagikan momen saat berada di toko Apple Amerika. Bisa dilihat bahwa "tinggi" bukan jadi tolak ukur untuk jadi SPG di Apple Store. Kalau dipikir-pikir, kenapa ya di Indonesia jadi SPG harus tinggi dan "berpenampilan menarik"? Padahal yang paling penting dari pekerjaan ini tuh bisa bantu pelanggan dengan baik, ramah, dan ngerti soal produk. Sayangnya masih banyak perusahaan yang fokus ke penampilan luar, bukan ke kemampuan kerja. Apple Store nunjukin kalau yang penting itu attitude dan skill, bukan soal tinggi badan atau standar kecantikan. Mungkin udah waktunya juga nih kita mulai mikir ulang soal standar-standar yang sebenarnya nggak relevan, supaya lebih banyak orang punya kesempatan kerja yang adil Menurut kalian gimana terhadal fenomena ini? Komen dibawah yaโผ๏ธ Follow @hanif_alim untuk dapatkan +10 loker terpercaya & full WFH setiap minggunya dan tips karier langsung dari expertnya๐ฅ
Pernah mikir gak "Kerja kok gini banget ya?" ๐ฅ Banyak banget anak muda yang niat kerja, udah siap belajar, tapi mentok cuma gara-gara umur lewat 25, belum pengalaman, atau gak memenuhi standar "good looking". Padahal, kerja bukan soal tampang, tapi soal kemampuan, semangat belajar, dan tanggung jawab. Parahnya, job desc-nya udah kayak serabutan, tapi gaji masih jauh dari layak.ย Sistem rekrutmen kayak gini justru bikin banyak potensi bagus ke-skip. Yang baru lulus kuliah jadi bingung mulai dari mana, yang mau pindah jalur karir malah gak dikasih kesempatan. Dunia kerja harusnya jadi tempat berkembang, bukan tempat yang nutup pintu cuma gara-gara hal-hal yang gak esensial.ย Tips dari gue buat kalian yang lagi berjuang kerja/cari kerja : 1. Value yourself. Gak semua tawaran kerja harus diterima, apalagi kalau udah jelas eksploitasi.ย ย 2. Bangun skill pelan-pelan, tapi konsisten. Dunia kerja emang keras, tapi kita bisa lebih cerdas.ย ย 3. Jangan takut coba hal baru. Kesempatan datang dari keberanian belajar. Kalian pernah ngalamin kondisi kerja/nyari kerja yang kaya gimana nih guys? Sharing yuk di komen!
Mereka kerja jujur dan capek, tapi yang diliat cuma seragamnya ๐ฅน Tiap hari harus senyum, ramah, siap melayani, malah kadang dihina padahal mereka juga manusia yang kerja keras buat hidup. Lucunya, profesi ini sering dianggap remeh, sampai orang-orang ngerasain sendiri beratnya. Bayangin kalau mereka gak ada. Siapa yang jaga kebersihan, layanin kita, bantu urus hal-hal kecil yang sebenernya besar dampaknya? Dunia kerja gak bakal jalan lancar tanpa mereka. Menghargai bukan soal pengalaman, tapi soal empati. Pernah ada di posisi mereka? Sharing yuk di kolom komentar!
Monthly trend of total Followers
Monthly trend of average likes per post
Hashtags frequently used by the KOL in their content
Accounts frequently mentioned by the KOL in their content
Kenali tipe KOL dari Nano hingga Mega dan manfaatkan data engagement rate kami untuk memilih influencer yang tepat.
| Nano 1K-10K |
Micro 10K-50K |
Mid-tier 50K-500K |
Macro 500K-1M |
Mega 1M+ |
|
|---|---|---|---|---|---|
| High | 5.31% | 2.01% | 2.47% | 2.53% | 2.60% |
| Above average | 4.01% | 1.80% | 1.74% | 1.53% | 1.94% |
| Average | 2.42% | 0.98% | 0.88% | 1.01% | 1.15% |
| Below average | 1.08% | 0.62% | 0.54% | 0.60% | 0.80% |
| Low | 1.06% | 0.50% | 0.32% | 0.44% | 0.57% |
Engagement rate didapatkan dari perhitungan rata-rata Likes, Comments, Share dibagi dengan jumlah followers kemudian dikali 100. Semakin tinggi engagement rate yang Anda miliki semakin baik nilai Anda.
Sudah tahu tentang KOL atau influencer level mulai dari Nano, Micro, Mid-Tier, Macro dan Mega ? Gunakan benchmark akurat kami untuk mengenal lebih jauh bagaimana benefit mengetahui engagement rate bisa membantu kita memilih KOL apa yang akan kita pakai.
Check engagement rate for any Youtube channel and get detailed analytics report
Check engagement rate for any TikTok account and get detailed analytics report
KOL.ID adalah platform teknologi pemasaran pertama di Indonesia yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung kolaborasi antara Key Opinion Leaders (KOL) dan bisnis.
Platform ini menyediakan solusi lengkap untuk kebutuhan pemasaran di Instagram, TikTok, dan YouTube, semuanya terintegrasi dalam satu tempat.
Salah satu fitur utama KOL.ID adalah pembuatan dan pengecekan rate card otomatis bagi para KOL.
Dengan menggunakan data real-time dari berbagai platform media sosial, KOL.ID membantu KOL menentukan harga layanan mereka secara akurat dan adil,
sehingga mereka dapat fokus pada kreativitas dan peningkatan engagement rate.
Selain itu, KOL.ID menawarkan berbagai alat analisis, seperti kalkulator engagement rate untuk TikTok, Instagram, dan YouTube,
yang membantu KOL dan bisnis memahami performa akun media sosial dan membuat keputusan yang lebih baik dalam kampanye pemasaran.
Dengan berbagai fitur dan layanan yang ditawarkan, KOL.ID menjadi platform yang andal bagi KOL dan bisnis dalam menjalankan kampanye pemasaran yang efektif dan efisien.
FOR BRAND (Untuk Agency/Brand/Bisnis):
KOL Ranking: Fitur pencarian KOL yang sesuai dengan kebutuhan brand atau bisnis.
Cek Rate Card KOL: Tools untuk bisnis mengevaluasi rate card KOL berdasarkan data dari TikTok, Instagram & YouTube.
Campaign Report: Laporan terperinci untuk mendapatkan data performa (Like, Comment, Share, Views & Save) terkait performa kampanye pemasaran bersama KOL hanya menggunakan Link Posting.
FOR KOL (Untuk Key Opinion Leader):
Buat Rate Card: Alat untuk membantu KOL membuat rate card berdasarkan performa mereka di TikTok, Instagram & YouTube.
FREE TOOLS (Alat Gratis):
Buat MoU KOL: Membuat memorandum of understanding (MoU) antara KOL dan bisnis secara otomatis.
Cek ER KOL TikTok: Alat untuk menghitung engagement rate KOL di TikTok.
Cek ER KOL Instagram: Alat untuk menghitung engagement rate KOL di Instagram.
Cek ER KOL YouTube: Alat untuk menghitung engagement rate KOL di YouTube.
Download Video TikTok: Fitur untuk mengunduh video dari TikTok.
Download Video Instagram: Fitur untuk mengunduh video dari Instagram.
Download Video YouTube: Fitur untuk mengunduh video dari YouTube.
Kamus KOL: Panduan istilah-istilah penting terkait dunia KOL.
Extension Chrome: Extension yang memungkinkan untuk melihat analisa KOL dengan mudah hanya dengan membuka profil Instagram & TikTok.
Semua fitur ini menunjukkan bahwa KOL.ID adalah platform yang lengkap untuk mendukung kebutuhan KOL dan merek/bisnis dalam membangun strategi pemasaran digital.