Merupakan sebuah kebanggaan luar biasa bisa hadir dan menyaksikan alumni UIN Jakarta yang begitu menginspirasi di acara IKALUIN Awards 2024. Setiap kali mendengar kisah mereka, hati ini bergetar penuh kagum. Di momen spesial ini, kami dari @fkuinjkt sangat berbahagia karena dr. Sakinah Ginna (@sakinahginna), alumni FK UIN 2010, mendapatkan penghargaan atas dedikasinya dalam pemberdayaan masyarakat. dr. Gina mengabdikan dan mendedikasikan dirinya untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030 melalui berbagai capaian. Komitmen, aksi nyata, serta inovasinya di lapangan, menginspirasi banyak kalangan dokter dan aktivis dalam berbagai elemen. Para penerima penghargaan IKALUIN adalah individu-individu luar biasa yang membawa dampak besar dalam berbagai bidang seperti pendidikan, hukum, lingkungan hidup, dan pemikiran Islam di Indonesia. Mereka adalah sumber inspirasi yang menunjukkan bahwa kerja keras dan dedikasi dapat mengubah dunia. Saya juga merasa sangat bersyukur bisa turut berkontribusi memberi ucapan selamat kepada seluruh pemenang penghargaan di acara IKALUIN 2024. Dalam acara ini, kami juga senang bisa turut hadir bersama dosen kesayangan kami dr. Risahmawati, Ph.D. (@risahmawati), dr. Marita Fadhilah, Ph.D. (@maritafadhilah), dan dr. Ana Raudhah (@anaraudah01). Mengikuti acara ini, saya jadi berkontemplasi bahwa terkadang manusia (termasuk saya) sering kali takut dengan mimpi-mimpinya. Tapi justru prinsipnya memang begitu. Orang bilang, jika tak takut justru lucu. Kita sudah sewajarnya khawatir, karena itu tandanya kita peduli. Jadikan ketakutan itu sebagai bensin untuk bergerak, panduan yang membantu kita supaya tidak keluar jalur, pagar yang membatasi setapak dengan jurang sehingga kita awas dan berhati-hati agar tak tergelincir. Tidak perlu berpikir jauh-jauh, yang penting dijalani saja dulu. Satu per satu. Satu per satu. Biar tak seberapa, asal masih ada. Biar kecil-kecilan, asal berkelanjutan. Biar bukan yang paling, asal bergerak; asal berdampak. Harapan saya, semoga IKALUIN selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi para alumni UIN Jakarta untuk terus berkarya dan menebar kebermanfaatan bagi masyarakat luas.

Beberapa orang suka asal bilang “follow your passion”, tapi tidak selalu memberitahu realitanya.  Karena mengejar passion itu mahal, berat, melelahkan. Tidak semua orang siap dengan konsekuensinya. Punya modal, otak, dan nyali saja tidak cukup. Mengejar pasion perlu konsistensi, dan banyak orang yang tidak lulus dalam tes ini. Passion dari kata Latin “passio” yang artinya “suffering”, yang ratusan tahun kemudian mengalami pergeseran makna jadi minat, kecintaan, dsb. Bisa dilihat sendiri kalau ditelusur ke banyak etimologi, artinya bisa ke mana-mana sampai jadi “devil enemy”. 🤣 Mengejar dua passion apakah mungkin? Sangat mungkin. Saya percaya bahwa setiap pilihan yang kita ambil akan membawa kita pada lebih banyak pilihan lagi. Tak peduli siapa dan dimana kita sekarang, ingatlah bahwa mimpi kita masih terbuka lebar sehingga tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk mengambil jalan atau mimpi yang lain.  Saya saja meskipun sudah di jenjang akhir pendidikan kedokteran, masih sering ditanya, “Cita-citamu mau jadi apa?” 😂 Lucu ya, mengingat saya mahasiswa kedokteran yang tentu sudah jelas ingin menjadi seorang dokter. Cita-cita yang dulu menjadi pertanyaan paling mudah saat TK justru sekarang berubah menjadi pertanyaan paling membingungkan, bahkan di saat kita sudah tumbuh dan menua di jurusan yang diidam-idamkan. Padahal, poinnya bukan itu. Walau bagaimana pun, “goals” tetap perlu kita tulis. Cita-cita memerlukan definisi spesifik yang harus dideskripsikan secara jelas agar kita lebih mudah mengurai proses bagaimana harus mencapainya. Untungnya, dalam perjalanan yang berliku itu, kadang kita bertemu beberapa teman perjalanan seru, seperti banyaknya pelajaran hidup yang mahal, tahu siapa kawan yang suportif dan tidak, dan tentunya jumpa banyak komunitas yang positif dan sering membuat haru karena selalu percaya dan memberikan kita dukungan. 😁 Resapi dan renungkan sendiri. Jadi kalau ada teman yang bilang “gue mau hidup dari passion”, sebaiknya kita dukung dan semangati karena sudah pasti berat. Kita selalu asumsikan bahwa dia sadar dengan konsekuensinya yang sudah mengorbankan banyak hal: waktu, tenaga, pikiran, kesenangan lain, dan sebagainya.

Tuhan, bantulah aku mengenali diriMu.

Kau tentu boleh jadi apa saja, tapi kalau kau beruntung hidup sampai tua, berjanjilah kau akan setia merawat imajinasi dan mudah bahagia lewat cerita-cerita sederhana. Usia akan gugur satu per satu bagai daun kering, tapi cara hidupmu adalah akarmu, dan jiwa yang senang membaca pasti jadi cabang-cabang ranting yang merambat ke mana-mana: terbiasa mengenali air dan air mata, juga jadi mata air yang ramah bagi yang dahaga, dan bukan tidak mungkin kuncup dan kuntummu mudah menembus tembok dan tingkap-tingkap langit lewat syukur dan doa-doa. [Foto: Festival Literasi dan Karya Seni bersama Tere Liye oleh Adzikra Library MAN 1 Kota Tangerang] Slide 3, 4 - akhirnya bisa foto lagi bareng guru-guru MAN yang kece-kece 😄

“Tunggu saja, nanti kalau sudah dewasa juga paham.” Begitu kata generasi di atas kita setiap ada nasihat hidup yang kita rasa tak lagi relevan di zaman sekarang. Jiwa muda kita yang tengah berapi-api mengernyitkan dahi tanda tak terima dengan pernyataan itu. “Itu mereka saja yang tak bisa menerima perubahan,” pikir kita begitu. Yang ideal menurut mereka, tak lagi ideal menurut kita. Namun banyak dari kita yang sudah melewati masa-masa itu. Kini kita sadar betul bahwa yang paling kita butuhkan saat ini ialah pengalaman yang bertambah, wawasan yang semakin luas, dan yang paling mengejutkan dari segalanya: Perspektif kita yang bergeser. Sekarang kita mengerti bagaimana dalam segala hal, tak hanya ada hitam atau putih saja. Kita baru paham bahwa cara anak muda tak selalu paling benar, pesan-pesan yang disampaikan orangtua tentang ketangguhan dan kesetiaan dalam mengerjakan sesuatu, rupanya ada benarnya. Tujuan kita bergerak dari yang ingin populer dan mendapatkan validasi keren dari orang lain, menjadi seberapa besar dampak yang bisa kita berikan melalui hal-hal yang kita kerjakan dari waktu ke waktu; dan kegagalan yang kita alami pada prosesnya, akan berbuah ketangguhan yang mahal harganya. Namun hal ini bukan berarti jiwa anak muda yang bergelora adalah sesuatu yang salah. Tentu saja fase itu dibutuhkan agar kita tahu apa yang mau kita kerjakan untuk waktu yang panjang ke depan. Bukan berarti sekarang tugas kita selesai karena nanti akan kembali lahir generasi yang baru. Justru ini saat yang baik untuk belajar lagi. Maka, mudah-mudahan kita tak akan pernah berhenti untuk buka pikiran dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Biar dengan itu, kita punya prinsip tanpa harus menggurui, melaju bertumbuh sesuai zaman, tapi tak melupakan dari mana karakter kita ini berasal. Tak ada generasi yang lebih benar dari kita, begitupun sebaliknya. Semuanya hanya fase hidup manusia yang terus bertransformasi. Maka baiknya kita biarkan pikiran kita tetap terbuka, lihat dunia dari sudut pandang yang bermacam-macam, gali nilai-nilai kehidupan yang panjang umur. Biar kita tetap tumbuh. Biar kita terus berdampak. —— Deklarasi @rembukpemuda 10 September 2023