Menurut kalian sah-sah aja ga jadi kutu loncat perusahaan asal kalian dapet salary increase minimal 15%?

You know you are doomed as a species when AI have more parenting wisdom than you. 😂 Jokes aside, jadi ceritanya si Hannah lagi kami ajak makan bakmi di sebuah pasar modern dekat gereja. Kami tidak religius-religius amat sih, tapi kami berusaha membesarkan Hannah secara Kristen. Nah, sambil makan dia nonton berita. Ada berita tentang angin kencang yang sedang bertiup di sekitar kita akhir-akhir ini, yang di beberapa daerah menyebabkan tenda rubuh, rumah rubuh, dan sebagainya. Lalu keluarlah pertanyaan di atas. Muka Papanya persis muka ikan di meme itu. Untung Mamanya udah cantik, pinter, baik, Bahasa Inggrisnya bagus lagi, bisa ngejawab: “There are always good side and not-so-good side to things Hannah. Yes the wind blows away the tent, but it also blows away pollution and make the sky clear. Can you think of other things that have both good and not-so-good side as well?” Cerita dong parents, how would you handle this question?

Tapi agak deg-degan juga sama si Nintendo Labo ini karena terbuat dari kardus. Ada yang udah pernah mainin terus rusak nggak ya? Patah atau robek kardusnya. Benerinnya gimana ya? Oia yang penasaran dengan actual limit screentime-nya Hannah, kami mengikuti panduan WHO ya, maksimal satu jam sehari untuk anak umur 5 tahun.

Tahun 2024, Tahun Memantapkan Hati. Sudah dua tahun sejak saya dan Claudya bercerita di salah satu episode podcast kami: Kami sudah bebas finansial. Angka FIRE sudah tercapai. Saya lantas resign, Claudya juga resign, untuk fokus membesarkan Hannah sambil berkarya bareng lewat podcast dan media sosial. Jika di 2023 adalah tahun keragu-raguan, seperti “duh, duitnya cukup nggak ya,” dan “nanti kalau mau balik kerja lagi ada yang mau hire gue nggak ya”, tahun 2024 adalah tahun memantapkan hati. Saya makin mantap meyakini bahwa nggak ada ritme hidup yang lebih saya inginkan daripada ritme hidup saya dan istri saat ini. Saya bisa nganter-jemput anak saya sekolah setiap hari. Saya nggak melewatkan satupun milestone anak saya: Perform di sekolahan kah, bisa naik sepeda pertama kali kah (ini mah bukan missed lagi, lah GUE YANG NGAJARIN LANGSUNG WEDEEHH 😎🤘), ngeliatin soal Kumon yang dia kerjain makin lama makin susah kah, ngeliat dia sepatu rodaan dan ice skating makin lancar kah, dan sebagainya. Saya dan istri juga jadi punya tubuh yang lebih sehat, karena bisa rutin nge-gym bareng sambil nungguin anak sekolah. Saya tidak pernah merasa sesehat saya tahun ini. Di sisi lain juga tahun ini kami banyak diuji. Ada upaya-upaya yang hasilnya mengecewakan, ada keputusan-keputusan yang salah, dan pada akhirnya ketakutan dan keraguan itu masih ada - ini gimana ya, nasib gue setelah kehidupan korporat selesai? Jadi meskipun keraguan itu tidak sepenuhnya hilang, tapi tahun ini kami memberanikan diri menjawab dengan sedikit iman, “ah, nanti juga Tuhan pelihara. Rezeki sudah diatur-Nya.” Terima kasih teman-teman Instagram, teman-teman brand, partners, sponsors yang sudah mendukung, ngasih kata-kata semangat, bahkan percaya untuk berkarya bersama saya. Lewat dukungan hangat kalian, kami berasa banget bahwa Khalik masih sayang kami. Akhir kata ((akhir kata)), semoga 2025 membawa kebaikan buat kita semua, dan jadi tahun yang kian mematangkan niat-niat dan semangat kita. Selamat tahun baru 2025!

TERTEGUN DI DEPAN ROTI TAWAR Saya berkuliah di Jepang dari tahun 2008-2012. Di sana saya bertemu dengan pacar, yang sekarang jadi istri saya. Puji Tuhan kami berdua anak beasiswa, dapat keringanan biaya kuliah dari universitas. Tapi meskipun kuliah gratis, biaya hidupnya tidak. Kami belanja barang bekas—bukan biar kalcer, tapi karena nggak mampu beli baru. Masak bareng di asrama, bukan buat recook resep viral, tapi karena nggak ada uang makan di luar. Frugal sejak dulu, sebelum tahu istilah “frugal living.” 12 tahun berlalu. Berkesempatan lagi jalan-jalan ke Jepang. Kami yang udah kebiasaan hemat tetap senang masuk supermarket lihat diskonan. Sambil senyum-senyum, melihat rak demi rak makanan di supermarket Jepang yang unik dan menarik, tiba-tiba tatapan saya jatuh ke satu rak.. Di mana hati saya langsung “DEG”, dibawa flashback ke masa-masa kuliah dulu. Melihat dua produk yang sangat familiar. Selai seharga 127 yen, roti seharga sama, yang dulu pernah kami beli dan eman-eman makan dalam keterbatasan keuangan. Roti tawarnya isi 6 slice, biasa beli dua bungkus setiap kami belanja mingguan - satu untuk saya, satu untuk Claudya. Saya inget banget dulu bahkan kami nggak berani beli lebih dari satu rasa selai. Jadi saya berminggu-minggu makan selai kacang sampai seret, yang dilanjutkan berminggu-minggu makan selai strawberry sampai eneg. Nggak ada peanut butter sandwich karena itu artinya kami harus beli dua buah selai - nggak ada budget. Life is funny like that. Saya cuma bisa bersyukur, bahwa hidup saya betul-betul dipelihara-Nya. Saya nggak bisa bilang saya di sini hari ini karena saya frugal living, karena saya kerja keras, apalagi karena saya keren banget. Boro-boro. Saya yang bukan siapa-siapa ini, sudah dengan begitu “kaya” dipelihara-Nya. Doa kecil saya, hari ini, buat teman-teman yang sedang berproses: Semoga teman-teman tetap kuat. Semoga kelak ada saatnya life will come full circle for you. Semoga satu hari nanti juga, kalian akan melihat ke belakang dan tersenyum, mensyukuri pemeliharaan-Nya atas hidupmu. Semoga kamu tetap jadi orang baik, tetap percaya akan perlindungan-Nya atas hidupmu.