Sebagai pengguna media sosial pernahkan Anda berada di situasi ini. Sedang membicarakan sepatu keluaran terbaru dengan seorang teman, lalu tiba-tiba iklan sepatu tersebut muncul di media sosial?
Saat berada di situasi tersebut Anda pasti bertanya-tanya, mengapa media sosial seolah bisa membaca pikiran Anda. Jika Anda berpikir fenomena tersebut adalah sulap atau sihir, maka Anda salah besar. Fenomena tersebut adalah hasil kerja dari personalized ads.
Apa itu Personalized Ads?
Secara sederhana personalized ads bisa diartikan sebagai sebuah iklan yang memang disusun berdasarkan minat, kebiasaan, dan karakteristik pengguna. Personalized ads di media sosial biasanya hadir dalam bentuk ads di Instagram Story, sponsored posts, atau bahkan video singkat yang tampil saat pengguna sedang scrolling.
Cara Kerja Personalized Ads
Bayangkan Anda adalah pelanggan tetap di sebuah coffee shop. Setiap kali datang, pelayannya akan mencatat, Anda pesan latte tanpa gula, suka duduk dekat jendela, dan biasanya datang hari Sabtu jam 4 sore.
Lama kelamaan, saat Anda datang lagi, pelayan sudah hafal apa yang akan Anda pesan. Nah, personalized ads bekerja mirip seperti itu, tapi jauh lebih canggih.
Berikut tahap-tahap cara kerjanya secara lebih spesifik:
1. Pengumpulan Data
Media sosial dan website secara otomatis mencatat aktivitas pengguna. Proses ini dikenal dengan nama data tracking. Adapun, data yang dikumpulkan bisa berupa konten seperti apa yang diklik, dicari, disimpan, dan ditonton oleh pengguna. Misalnya, pengguna sering melihat konten tentang otomotif melalui Instagram Reels.
Selain itu, proses ini juga mengumpulkan data berupa lokasi pengguna melalui izin GPS dan IP addres dan juga perangkat yang digunakan. Ibarat pelayan cafe, data ini seperti catatan harian yang disimpan tentang kebiasaan Anda setiap kali datang.
2. Analisis & Klasifikasi
Setelah data terkumpul, social media algorithm akan mulai menganalisis pola perilaku pengguna. Misalnya jika pengguna sering melihat konten skincare atau make up, pengguna akan masuk kategori “pengguna dengan minat beauty.”
3. Penentuan Target
Setelah tahu siapa pengguna dan apa yang disukai, sistem akan mencocokkan dengan iklan yang sesuai. Misalnya, brand A menjual skincare untuk kulit sensitif dan pengguna baru saja mencari “tips merawat kulit sensitif.” Maka, sistem akan “membisikkannya” ke iklan brand A agar muncul di timeline pengguna.
4. Penayangan Iklan
Saat pengguna membuka media sosial seperti Instagram atau Facebook, iklan yang tampil seolah sudah tahu apa yang dibutuhkan. Bahkan kadang, pengguna belum sadar akan kebutuhan tersebut, tapi iklan itu justru menawarkannya lebih dulu.
Nah, Inilah momen ketika personalized ads benar-benar bekerja. Iklan ditampilkan tepat sasaran, pada waktu dan platform yang pas.
5. Feedback
Setelah iklan tayang, sistem akan melihat bagaimana pengguna bereaksi. Jika pengguna klik atau beli, maka sistem mencatat itu sebagai sinyal positif. Sebaliknya, jika pengguna melewatkan atau report, sistem akan mengurangi atau mengganti jenis iklan yang ditampilkan.
Sampai sini sudah mengerti kan, bahwa personalized ads bukan sekadar iklan yang ditampilkan secara acak. Lebih dari itu, personalized ads merupakan proses pintar yang terus belajar dan menyesuaikan diri.
Dampak Positif Personalized Ads untuk User
Setelah memahami cara kerja personalized ads, sekarang saatnya memahami dampak positifnya untuk user. Berikut telah KOL.ID rangkum dampak positifnya khusus untuk Anda:

1. Kemudahan Menemukan Brand Favorit
Personalized ads bisa membantu pengguna menemukan kembali brand yang disukai tanpa perlu mencarinya. Misalnya, jika pengguna pernah membeli sepatu dari sebuah toko online, iklan dari brand tersebut kemungkinan besar akan muncul lagi saat pengguna sedang mencari sepatu di kemudian hari.
2. Menemukan Produk yang Relevan
Personalized ads juga bisa menampilkan produk yang sesuai dengan minat dan kebutuhan. Jika pengguna sedang mencari perlengkapan bayi, maka iklan yang muncul akan berisi popok, stroller, atau pakaian bayi.
3. Mendapatkan Informasi yang Bermanfaat
Melalui personalized ads, pengguna dapat memperoleh informasi yang lebih relevan dan bermanfaat, seperti promo, diskon, atau produk baru yang sesuai dengan minat atau kebutuhan.
Meski Banyak Dampak Positif, Brand Tetap Harus Hati-Hati
Iklan yang dipersonalisasi memang seperti pelayan restoran yang tahu persis makanan favorit Anda tanpa perlu bertanya. Namun, bayangkan kalau pelayan itu tahu terlalu banyak, misalnya di mana Anda tinggal atau kapan terakhir kali Anda makan di sana.
Hal ini juga berlaku dalam dunia digital marketing khusus iklan digital. Semakin banyak data yang digunakan brand untuk menyesuaikan iklan, semakin besar pula tanggung jawab untuk menjaga privasi pengguna.
Jika pengguna merasa diawasi terus-menerus, kepercayaan bisa runtuh seketika. Tak sedikit juga pengguna media sosial yang mulai menggunakan ads blocker atau mengatur privasi agar tidak bisa dilacak oleh sistem.
Maka dari itu, brand perlu menjaga keseimbangan antara relevansi dan privasi. Artinya, brand harus transparan dalam penggunaan data, memberikan opsi kepada pengguna untuk memilih, dan mematuhi regulasi seperti GDPR atau UU Perlindungan Data Pribadi. Tujuannya bukan hanya agar iklan berhasil, tapi juga agar hubungan jangka panjang dengan pelanggan tetap sehat dan terjaga.
Personalized ads bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menjangkau audiens yang tepat, memberi pengalaman yang relevan, dan meningkatkan interaksi antara brand dan konsumen. Namun, semua itu harus dijalankan dengan bijak dengan memperhatikan privasi pengguna dan menjaga transparansi dalam penggunaan data.
Bagi brand yang ingin mengoptimalkan strategi penjualan secara lebih personal, bekerja sama dengan KOL bisa menjadi pilihan cerdas. Sebelum itu, penting untuk mengetahui seberapa besar biaya kerja sama yang dibutuhkan. Nah, di sinilah KOL.ID bisa membantu melalui layanan cek rate card KOL, agar brand bisa merencanakan strategi penjualan dengan lebih efisien dan tepat sasaran.