KOL

KOL.ID Report: Kenapa Konten Joget Selalu FYP daripada Konten Edukatif? Ini Jawabannya!

watch-icon 3 min. to read
KOL.ID Report: Kenapa Konten Joget Selalu FYP daripada Konten Edukatif? Ini Jawabannya!
ON THIS PAGE

Coba buka halaman FYP TikTok, scroll beberapa detik, dan lihat apa yang muncul. Besar kemungkinan Anda akan disuguhi video influencer yang sedang joget, lip-sync lagu viral, atau melakukan gimmick lucu yang mengundang tawa. Fenomena ini bukan hanya terjadi di TikTok, tetapi juga menjalar ke platform lain seperti Instagram Reels, hingga YouTube Shorts.

Konten semacam ini memang tampak ringan, menghibur, dan mudah dikonsumsi dalam waktu singkat. Namun, di balik ramainya konten hiburan tersebut, ada satu pertanyaan yang sering kali muncul, kenapa konten joget dan hiburan sejenis lebih mudah viral, sedangkan konten edukatif malah sulit menembus algoritma? 

Algoritma Menyajikan Konten Berdasarkan Engagement History

Nah, algoritma platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan lainnya pasti bergantung pada engagement history setiap akun. Jadi, engagement history ini mencakup interaksi Anda pada semua konten yang Anda like, comment, share, dan bahkan seberapa lama Anda menonton video (watch time)

Semakin Anda sering berinteraksi dengan jenis konten tertentu, semakin besar potensi konten serupa akan terus muncul di beranda Anda. 

Misalnya, Anda banyak menyukai (like) konten mengenai dance viral TikTok, atau trend yang sedang hype, algoritma akan mulai menampilkan lebih banyak konten dance atau joget viral karena menganggap Anda menyukai jenis konten  tersebut. Artinya, algoritma menampilkan apa yang Anda sukai dan tonton terus-menerus. 

Konten Hiburan Lebih Disukai, Bagaimana dengan Konten Edukasi di Indonesia?

Setelah memahami cara kerja algoritma media sosial, tak heran jika konten joget sering kali muncul di FYP TikTok atau melewati feed Anda. Meskipun Anda lebih menyukai konten edukatif, mengapa konten joget tetap sering muncul? Hal ini terjadi karena mayoritas masyarakat Indonesia cenderung menyukai konten hiburan sehingga tingkat engagement-nya tinggi dan peluang untuk masuk FYP pun semakin besar.

Menurut data dari Goodstats, konten yang paling banyak disukai masyarakat Indonesia adalah entertain content atau konten hiburan. 

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 42,16% masyarakat Indonesia lebih menyukai konten hiburan, jauh mengungguli konten edukasi yang hanya meraih sekitar 18,63%. Sisanya tersebar pada konten musik (8,33%), tutorial (7,35%), dan lainnya.

Fakta ini mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia lebih cenderung mengonsumsi konten hiburan, sehingga konten-konten joget banyak yang selalu FYP daripada konten edukatif. 

Tren ini menjadi sorotan penting jika dikaitkan dengan data dari World Population Review 2024, yang mencatat rata-rata IQ orang Indonesia sebesar 78,49, menempatkan Indonesia di peringkat ke-129 dari 197 negara. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya aktivitas intelektual dalam keseharian, termasuk dari konsumsi konten digital.

Di era media sosial, konten bisa menjadi sarana utama untuk mengasah wawasan, terutama bagi anak-anak dan remaja. Apalagi berdasarkan Pew Research Center, sekitar 60% remaja mengakses TikTok tiap hari, dan 16% diantaranya mengaku menggunakan TikTok terus menerus sepanjang hari.

Namun, jika konten yang mendominasi platform tersebut sebagian besar adalah konten hiburan seperti joget, sketsa lucu, atau tren viral, maka potensi edukatif dari media sosial bisa kurang tergali secara maksimal. 

Akibatnya, konten-konten yang mengedukasi cenderung tenggelam dan kurang mendapat eksposure, meskipun sebenarnya sangat dibutuhkan untuk membentuk pola pikir kritis dan memperluas wawasan generasi muda.

Jika tidak ada keseimbangan antara hiburan dan edukasi, hal ini dikhawatirkan berdampak pada kualitas intelektual generasi muda dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu adanya dorongan agar algoritma media sosial turut mendistribusikan lebih banyak konten edukatif. Dengan begitu, influencer sains atau influencer edukasi pun punya peluang yang sama besarnya untuk berkembang, bukan hanya mereka yang menghadirkan konten joget semata.

Pentingnya Membuka Ruang untuk Influencer Edukasi

Influencer berbasis sains dan edukasi memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi yang berbasis data dan logika. Mereka bukan hanya berbicara soal teori, tetapi juga menghubungkannya dengan isu-isu nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. 

Sayangnya, konten edukatif seperti ini sering kali kalah pamor di tengah banjirnya konten hiburan. Banyak yang menganggap konten sains atau edukasi sebagai sesuatu yang “berat” atau “kurang seru” untuk dikonsumsi di waktu senggang. Akibatnya, algoritma media sosial pun tidak banyak menampilkan konten edukatif karena dianggap kurang menarik dari sisi engagement.

Padahal, kalau ingin lebih banyak konten berkualitas muncul di FYP, maka langkah awalnya harus datang dari audiens itu sendiri. Masyarakat perlu mulai menonton, menyukai, membagikan, dan berinteraksi dengan konten edukatif agar algoritma mengenali bahwa konten tersebut layak ditampilkan lebih luas.

Dukungan seperti ini akan membantu memperluas jangkauan para influencer edukasi sekaligus mendorong munculnya lebih banyak kreator yang tertarik membagikan ilmu dengan cara yang kreatif dan menarik. Influencer berbasis sains akan banyak yang populer dan konten-kontennya dapat mengedukasi para pengguna media sosial. 

Tips Agar Penonton Suka Konten Edukatif

Bagi para influencer pendidikan yang berfokus pada konten yang mengedukasi, terdapat beberapa tips agar penonton suka konten edukatif, yaitu: 

1. Buat konten Edutainment 

Edutainment adalah konten yang menggabungkan antara education (edukasi) dan entertainment (hiburan). Tujuannya agar penonton tetap mendapatkan informasi bermanfaat tanpa merasa bosan.

Misalnya, influencer bisa menyampaikan materi pelajaran lewat parodi, sketsa lucu, atau tren TikTok yang sedang naik daun. Format ini cocok banget untuk menarik perhatian penonton muda yang lebih suka konten ringan tapi tetap berisi.

2. Jadikan Konten Edukatif Bagian dari Daily Scroll

Kebiasaan orang saat membuka media sosial biasanya untuk mencari hiburan. Nah, agar konten edukatif tidak terasa mengganggu, Anda bisa membungkusnya dengan format yang sudah familiar di timeline, seperti carousel ringan, short video, atau voice over singkat. Tujuannya adalah menyisipkan edukasi tanpa membuat penonton merasa sedang “belajar” secara formal.

3. Tambahkan Elemen Visual yang Menarik

Visual yang dinamis bisa menjadi daya tarik utama dalam sebuah konten. Gunakan warna-warna cerah, animasi ringan, atau ilustrasi yang memperjelas topik. Visual yang menarik akan membantu audiens memahami informasi lebih cepat dan mengurangi rasa bosan, terutama jika materinya agak berat.

4. Gunakan Storytelling yang Relatable

Storytelling selalu punya kekuatan untuk menarik perhatian. Daripada langsung menyampaikan teori, coba mulai dengan sebuah kisah nyata atau situasi yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Misalnya, kalau Anda membahas literasi keuangan, bisa dimulai dengan cerita “pernah nggak sih, uang THR habis dalam seminggu?”

5. Sesuaikan Gaya Bahasa dengan Target Audiens

Ini penting agar pesan bisa diterima dengan baik. Misalnya kalau target Anda Gen Z, maka gunakan bahasa yang kekinian, ringan, dan santai. Hindari istilah teknis tanpa penjelasan karena bisa bikin bingung. Sebaliknya, kalau audiens Anda profesional, gaya bahasa bisa lebih formal tapi tetap mudah dimengerti.

Nah, itulah penjelasan mengapa konten joget sering FYP daripada konten edukasi. Konten joget atau hiburan memang lebih sering FYP karena mudah menarik perhatian dan cepat viral. Tapi, bukan berarti konten edukasi tidak punya peluang. 

Kita bisa mulai dari diri sendiri dengan lebih sering menonton, menyukai, dan membagikan konten edukatif yang seru dan menambah wawasan. Sekarang juga sudah banyak influencer pendidikan di Indonesia yang menyajikan materi dengan cara yang fun dan mudah dicerna.

Buat para influencer edukasi, penting untuk terus membuat konten yang ringan, entertaining, tapi tetap informatif. Biar kerja sama dengan brand makin lancar, jangan lupa buat rate card profesional di KOL.ID. Platform ini punya tools praktis untuk buat rate card sesuai performa akun di Instagram, TikTok, atau YouTube Anda. Yuk, manfaatkan KOL.ID dan maksimalkan potensi sebagai influencer edukatif!

Rate this article

Click on a star below to rate our tool out of 5 stars

Average rating 5 / 5. Vote count: 64

Thank you for your rating!

share this article

review-img
Salsa - Manager KOL.ID

Hi, I'm Salsa! I focus on content marketing that brings brands together with KOLs to create authentic and engaging stories. By understanding trends and conducting research, I help brands and KOLs create impactful collaborations that resonate with their audience and deliver measurable results.

Tags:

Post You’ve Might Like

Empower your brand's
growth journey with KOL.ID

Equip yourself with an all-inclusive suite of tools for initiating and expanding influencer marketing campaigns.

Try KOL.ID for Free
  • Followers

    500k+1.50%

  • Avg. Likes

    20M+0.50%

  • Avg. Comments

    60K+2.10%

@skkky_hi

Reach

How helpful was this content?

Click on a star below to rate our tool out of 5 stars

Average rating 5 / 5. Vote count: 64

Thank you for your rating!

Newsletter

Be the first one to know about discounts, offers and events