Bagi para brand owner, tahukah Anda bahwa sekarang konsumen lebih menyukai konten yang dibuat oleh KOL? Ini bukan sekedar omongan belaka, berdasarkan data dari penelitian berjudul “Impact on Brand Trust and Consumer Behavior: Leveraging Social Media Influencers” mengungkapkan bahwa 92% konsumen lebih mempercayai rekomendasi KOL atau influencer dibandingkan iklan tradisional.
Konsumen lebih menyukai brand untuk tampil lebih personal, otentik, dan relevan. Iklan tradisional yang dulu menjadi senjata utama kini mulai kehilangan kepercayaan. Apalagi, Gen Z dan milenial, mereka cenderung lebih memilih mendengarkan saran dari sosok yang mereka percayai di media sosial dibandingkan mempercayai iklan yang terkesan dibuat-buat.
KOL bukan hanya efektif untuk meningkatkan brand awareness, tetapi juga penggerak perubahan perilaku konsumen. Mereka mampu membentuk opini, menciptakan tren, bahkan mendorong pembelian dalam waktu singkat hanya lewat satu unggahan.
Nah, sebenarnya bagaimana campaign yang melibatkan KOL ini bisa membentuk perilaku konsumen secara nyata? Apakah video-video yang di upload KOL bisa mengubah persepsi seseorang terhadap suatu produk? Atau mungkin, rekomendasi dari KOL bisa membuat nama brand lebih diingat?
Daripada semakin penasaran, yuk, kupas tuntas pembahasannya dalam artikel di bawah ini!
7 Perilaku Konsumen yang Terbentuk dari Campaign KOL
Interaksi sosial dan cara KOL memperkenalkan produk dengan natural, mempengaruhi perilaku konsumen sebelum belanja. Berikut 7 perilaku konsumen yang kerap terbentuk dari campaign KOL:
1. Meningkatkan Kepercayaan terhadap Produk
Perilaku konsumen pertama yang terbentuk dari campaign KOL adalah kepercayaan terhadap produk. Salah satu kekuatan utama KOL terletak pada kepercayaan audiens. Konsumen cenderung lebih mempercayai rekomendasi dari influencer atau KOL karena mereka dianggap lebih jujur, relatable, dan tidak overclaim terhadap produk.
Bahkan, data dari ProfitBlitz mengungkapkan bahwa 61% konsumen mempercayai rekomendasi KOL atau influencer layaknya mereka mempercayai teman dan keluarga, sedangkan hanya 38% yang percaya pada klaim langsung dari brand.
.jpg)
Ini memperkuat fakta bahwa KOL memiliki peran besar dalam membangun kepercayaan terhadap produk. Ketika konsumen melihat seseorang yang mereka anggap kredibel dan di follow di media sosial menggunakan produk tersebut secara natural, tanpa kesan berlebihan, hal ini menciptakan rasa yakin terhadap kualitas produk tersebut.
2. Peningkatan ‘Brand Recall” Lewat Storytelling
Nah, sebelum masuk dalam pembahasan perilaku konsumen yang kedua, kita perlu tahu lebih dulu apa yang dimaksud dengan Brand Recall. Brand Recall adalah kemampuan konsumen untuk mengingat atau mengenali suatu brand secara spontan ketika dihadapkan pada kategori produk tertentu. Misalnya, seperti saat orang ditanya mengenai “air mineral” mereka langsung menjawab Aqua, itu artinya Aqua berhasil membangun brand recall yang kuat di benak konsumen.
Nah, dalam konteks video yang dibuat KOL, brand recall terbentuk saat produk muncul berulang kali dalam konten KOL dengan storytelling yang relatable, sehingga audiens secara tidak sadar mengingat brand tersebut ketika butuh produk serupa.
Data dari penelitian Dan & Chip Heath menjelaskan bagaimana storytelling mampu mempengaruhi daya ingat (recall) seseorang terhadap suatu brand. Data tersebut menunjukkan bahwa 63% orang mampu mengingat nama brand dari cerita (story), sedangkan hanya 5% orang yang mengingat angka statistik.

Fenomena ini terjadi karena storytelling memicu pelepasan oksitosin dalam otak, yaitu hormon yang berkaitan dengan empati, keterikatan, dan rasa percaya. Saat seseorang mendengar atau melihat cerita, mereka cenderung lebih terlibat secara emosional, sehingga informasi lebih mudah diproses dan diingat dibandingkan sekedar data atau angka.
Strategi ini secara signifikan meningkatkan brand recall, karena audiens tidak hanya melihat produk, tapi juga merasakan pengalaman dan emosi yang dibagikan oleh KOL.
3. Membuat Konsumen Cepat Tertarik dan Membeli Produk
Konten seperti review, unboxing, atau testimoni dari KOL seringkali membuat konsumen tergiur dan terdorong untuk langsung membeli produk. Produk yang digunakan secara langsung oleh KOL menciptakan koneksi emosional dengan audiens, sehingga keputusan pembelian terjadi dengan cepat dan antusias.
Misalnya, ketika KOL menunjukkan hasil penggunaan skincare dalam daily routine mereka, audiens bisa merasa yakin dan penasaran untuk mencoba karena produk tersebut terlihat nyata dan efektif.
Data dari Impact.com dan Cube Asia mengungkapkan bahwa 88% konsumen Indonesia membeli produk berdasarkan rekomendasi dari influencer atau KOL. Bahkan, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di Asia Tenggara yang berada di angka 82%. Ini menunjukkan bahwa konsumen cenderung merasa lebih yakin untuk membeli produk setelah melihat rekomendasi dari influencer atau KOL.

4. Perilaku “Product research” sebelum Membeli
Setelah melihat konten dari KOL, banyak dari konsumen yang melakukan riset dengan mencari tahu review produk dari konten influencer atau KOL lain. Nah, ini membentuk perilaku konsumen yang melakukan product research sebelum membeli produk.
Mereka akan mengecek konten review influencer atau KOL lain, ulasan pembelian, hingga mengunjungi situs resmi brand untuk memastikan informasi yang diterima. Data dari PYMNTS mengungkapkan bahwa 95% konsumen yang pernah membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer, melakukan riset tambahan sebelum benar-benar membeli.
Mereka mencari informasi mulai dari membaca ulasan pelanggan di situs resmi (47%), membaca komentar di berbagai media sosial 39.7%, membandingkan harga dari berbagai platform (37.2%), hingga menonton beberapa review influencer (31.4%).

Ini menunjukkan bahwa KOL berfungsi sebagai pemantik, namun keputusan akhir tetap dibentuk oleh akses terhadap informasi yang lebih lengkap yang didapatkan konsumen.
5. Terbentuknya Komunitas Konsumen Loyal
KOL yang aktif membangun hubungan dengan followers sering kali menciptakan komunitas dengan sense of belonging yang kuat. Hal ini penting karena komunitas yang solid mampu membentuk kepercayaan yang tinggi terhadap produk yang direkomendasikan.
Data survei dari Confidant dan Vytal menunjukkan bahwa 53% orang cenderung mencoba produk yang direkomendasikan komunitasnya. Angka ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh komunitas influencer atau KOL dalam mendorong perilaku konsumen.
.jpg)
Misalnya, ada seorang KOL di bidang kecantikan yang rutin membagikan tips skincare dan merekomendasikan produk tertentu kepada followers-nya. Karena interaksi yang intens, terbentuk komunitas followers yang aktif berdiskusi di grup media sosial atau kolom komentar, saling bertukar pengalaman menggunakan produk tersebut.
6. Pengaruh pada Preferensi Gaya Hidup dan Konsumsi
Lebih dari sekadar alat promosi, KOL juga menjadi panutan gaya hidup. Audiens tidak hanya meniru produk yang digunakan, tapi juga cara penggunaannya, dan nilai-nilai yang dipegang KOL. Ini bisa memengaruhi pola konsumsi harian mereka, dari makanan, fashion, hingga teknologi.
Misalnya, saat ini banyak influencer atau KOL yang menyebarkan konsep underconsumption core, yaitu tren gaya hidup yang mengajak kita untuk tidak membeli barang secara berlebihan dan lebih bijak dalam memanfaatkan barang yang sudah ada. Dengan semakin banyaknya KOL yang menggaungkan tren ini, konsumen menjadi lebih sadar dan mulai mengikuti gaya hidup yang lebih sederhana dan berkelanjutan.
Anda bisa cek contoh KOL yang membuat konten mengenai underconsumption core:
@alicechae I’m frugal and I’m proud ? #underconsumption #budget #budgeting #lifeinyour20s #twenties ♬ original sound - speedz!
Nah, dengan banyaknya influencer atau KOL yang membuat konten tentang gaya hidup ini, konsumen pun jadi terbentuk ke arah perilaku yang lebih positif, sederhana, dan bertanggung jawab. Mereka tidak lagi sekedar mengikuti tren untuk tampil keren, tapi juga mulai mengadopsi kebiasaan konsumsi yang lebih bijak, seperti tidak membeli barang berlebihan dan lebih peduli pada dampak lingkungan.
7. Word-of-Mouth dari Konsumen ke Lingkaran Terdekat
Konsumen yang puas dengan produk atas rekomendasi KOL akan cenderung menceritakannya kepada teman dan keluarga. Di sinilah efek snowball dimulai. Kampanye yang sukses lewat KOL bisa berlipat ganda dampaknya berkat kekuatan word-of-mouth (WOM) yang datang dari konsumen sendiri.
Data dari Invesp, Word of mouth menghasilkan 5 x lebih banyak penjualan dibandingkan dengan impresi dari media berbayar.

Data tersebut menunjukkan bahwa dampak rekomendasi dari satu KOL yang dipercaya bisa lebih kuat daripada dampak dari iklan berbayar.
Dampak dari satu konten KOL yang tepat sasaran tidak berhenti di followers mereka saja, tetapi bisa meluas ke jaringan audiens di niche tersebut. Ini menjadikan word-of-mouth sangat efektif dalam meningkatkan awareness dan penjualan produk.
Nah, setelah memahami perilaku konsumen yang terbentuk dari konten KOL, maka brand dapat merancang strategi marketing yang lebih tepat sasaran dan berdampak secara awareness dan conversation.
Brand juga perlu memilih influencer atau KOL yang sesuai dengan niche brand, agar campaign lebih maksimal. Anda bisa cek rate card mereka di KOL.ID! Mulai dari influencer beauty, influencer fashion, hingga influencer olahraga, semuanya bisa di cek di sini.
KOL.ID menyediakan tools untuk cek rate card di berbagai media sosial seperti Instagram, TikTok, ataupun YouTube. Anda dapat cek rate card influencer target dengan mudah sehingga proses negosiasi berjalan cepat dan lancar. Segera cek rate card di KOL.ID dan tentukan KOL terbaik untuk bekerja sama!