Buat Rate Card Tiktok Buat Rate Card Instagram Buat Rate Card Youtube
Buat MoU Otomatis Cek ER KOL Tiktok Cek ER KOL Instagram Cek ER KOL YouTube Download Video Tiktok Download Video Instagram Download Video Youtube Kamus KOL
Ranking KOL Tiktok Ranking KOL Instagram Ranking KOL Youtube Cek Rate Card KOL Tiktok Cek Rate Card KOL Instagram Cek Rate Card KOL Youtube Campaign Report KOL Management Extensions KOL.ID
Login Register
HOME › Social Media › Analisis Algoritma LinkedIn 2025, Ini 4 Strategi agar Brand Bisa Menjangkau Audiens Profesional

Analisis Algoritma LinkedIn 2025, Ini 4 Strategi agar Brand Bisa Menjangkau Audiens Profesional

Hero image of a city skyline at night

LinkedIn telah mengalami transformasi besar dalam beberapa tahun terakhir. Dulu dikenal sebagai platform rekrutmen atau sekadar tempat membangun koneksi profesional, kini LinkedIn berkembang menjadi kanal utama untuk membagikan wawasan industri, membangun kredibilitas, dan menjangkau audiens bisnis yang relevan.

Perubahan ini tidak terjadi begitu saja. Pada tahun 2025, pembaruan algoritma LinkedIn menjadi pemicu utama perubahan lanskap digital profesional. Brand tidak lagi cukup sekadar hadir di platform ini, brand harus memahami bagaimana algoritma bekerja untuk memastikan konten mereka benar-benar menjangkau orang yang tepat.

Hadir dengan lebih dari 1 miliar pengguna terdaftar dan sekitar 134 juta pengguna aktif harian, LinkedIn menawarkan peluang masif bagi brand untuk menjalin hubungan profesional. Namun, peluang ini juga menuntut pertanyaan baru, bagaimana agar konten tetap relevan, bernilai, dan terlihat di tengah persaingan yang semakin tajam?

Algoritma LinkedIn 2025, Fokus pada Kualitas dan Relevansi

Salah satu aspek yang paling mencolok dari algoritma LinkedIn 2025 adalah penekanan pada interaksi bermakna. Tidak seperti sebelumnya, di mana konten dengan banyak likes atau komentar bisa langsung naik daun, kini sistem menilai lebih dalam. Algoritma mencari sinyal kualitas seperti komentar panjang, konten yang disimpan, serta reaksi seperti insightful atau support.

Pendekatan ini mengubah cara konten didistribusikan di feed pengguna. LinkedIn kini memprioritaskan postingan yang mampu memicu percakapan profesional dan membangun koneksi nyata antarindividu. Bahkan konten yang tidak baru, tapi masih relevan dan bernilai, tetap bisa muncul dan menjangkau audiens jika metrik interaksinya mendukung.

Selain itu, perubahan juga terlihat dalam preferensi format. Konten berbentuk video pendek, carousel, dan dokumen PDF mendapatkan performa lebih tinggi dibanding teks polos atau tautan eksternal. Artinya, brand tidak hanya memperhatikan apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana menyampaikannya.

Pemahaman ini menjadi landasan penting untuk membentuk strategi konten yang adaptif. Supaya lebih konkret, mari telaah empat strategi yang telah terbukti efektif untuk menavigasi algoritma LinkedIn terbaru.

Baca juga: Lebih Dekat dengan LinkedIn Marketing, Cara Baru Tingkatkan Brand Awareness

4 Strategi Agar Brand Menjangkau Audiens Profesional di LinkedIn

Berikut adalah empat strategi utama yang dapat diterapkan oleh brand untuk menjaga visibilitas, meningkatkan interaksi, dan membangun reputasi profesional di LinkedIn. 

1. Bangun Interaksi yang Bernilai, Bukan Sekadar Respons Cepat

Peningkatan performa konten kini sangat bergantung pada seberapa dalam interaksi yang terjadi. Algoritma tidak lagi terkesan oleh sekadar “like” atau komentar satu baris. Sebaliknya, algoritma menilai kualitas percakapan, apakah audiens benar-benar terlibat, atau hanya menyentuh permukaan.

Maka dari itu, brand perlu menggeser pendekatannya. Alih-alih menyampaikan pesan satu arah, mulailah membangun dialog. Posting berupa pertanyaan terbuka, studi kasus yang mengundang opini, atau refleksi personal dari pengalaman industri dapat memicu interaksi berkualitas.

Contoh konkretnya datang dari perusahaan seperti Adobe. Di LinkedIn, mereka rutin membagikan insight desain dan teknologi yang menarik perhatian audiens. Seperti gambar di bawah ini yang memperlihatkan post LinkedIn Adobe terkait marketing landscape.

2. Gunakan Format Konten yang Mendukung Jangkauan

Setelah membangun interaksi, aspek selanjutnya yang tak kalah penting adalah format konten. Algoritma LinkedIn 2025 memberi perhatian lebih pada konten visual dan interaktif yang mampu menghentikan scroll audiens.

Video native, carousel, dan dokumen PDF kini menjadi tiga format unggulan. Video asli yang langsung diunggah ke LinkedIn, bukan dari platform luar, dapat meningkatkan engagement rate hingga lima kali lipat. Sementara itu, konten carousel atau PDF yang berisi data, insight, atau tips edukatif cenderung disimpan dan dibagikan lebih sering.

Contoh nyata dapat ditemukan pada eksekutif senior dari Australia, seperti Shayne Elliott (CEO ANZ) dan Paul McKenzie (CEO CSL Limited) yang secara aktif membagikan video pendek di LinkedIn. Postingan video mereka meningkat sebanyak 23% sejak 2023 dan mendapatkan empat kali lebih banyak impressions dibanding rata‑rata pengguna LinkedIn.

3. Manfaatkan Hashtag Relevan dan Komunitas Niche

Selain kualitas konten, jangkauan juga sangat dipengaruhi oleh konteks distribusi. Di sinilah peran hashtag dan komunitas niche menjadi sangat penting. LinkedIn merekomendasikan penggunaan dua hingga lima hashtag per postingan.

Namun bukan sembarang hashtag, yang paling efektif adalah yang spesifik, relevan dengan industri, dan digunakan oleh komunitas aktif. Penggunaan hashtag yang terlalu umum seperti #marketing atau #career dapat membuat konten tersesat.

Tak kalah penting, keaktifan dalam grup LinkedIn dan komunitas industri memperkuat posisi brand sebagai bagian dari ekosistem profesional. Saat ini, terdapat lebih dari 2.000.000 grup aktif di LinkedIn yang menjadi tempat diskusi dan berbagi informasi. Konten yang sering muncul di ruang-ruang ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk dilihat oleh audiens yang tepat.

4. Jaga Konsistensi Aktivitas dan Jadwal Posting

Setelah kualitas dan konteks terpenuhi, satu hal lagi yang menjadi fondasi strategi LinkedIn adalah konsistensi. Algoritma akan lebih “percaya” pada akun yang rutin beraktivitas daripada yang muncul sesekali lalu hilang tanpa jejak.

Namun, konsistensi di sini tidak berarti harus memproduksi konten setiap hari. Hal yang terpenting adalah kehadiran yang stabil dan terukur. Brand bisa merancang kalender konten mingguan, ditambah aktivitas ringan harian seperti membalas komentar atau berbagi konten rekan industri.

Baca juga: 10 KOL Specialist Indonesia Paling Populer di LinkedIn

Maksimalkan Strategi LinkedIn Bersama KOL Profesional

Transformasi algoritma LinkedIn di tahun 2025 menegaskan bahwa pendekatan pemasaran profesional kini bergerak ke arah yang lebih cermat dan terukur. Jangkauan luas tak lagi menjadi satu-satunya tolok ukur keberhasilan. Justru yang lebih penting adalah bagaimana konten membangun koneksi yang relevan, mengundang percakapan bermakna, dan menciptakan nilai nyata bagi audiens.

Dalam konteks ini, brand perlu berpikir lebih strategis, termasuk dalam memilih mitra kolaborasi. Tidak cukup hanya aktif membangun konten, tetapi juga cerdas dalam menggandeng figur profesional yang tepat untuk memperkuat kredibilitas dan menjangkau komunitas yang spesifik.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menjajaki kerja sama dengan Key Opinion Leader (KOL) yang aktif di LinkedIn dan memiliki audiens yang sesuai dengan segmen brand. Untuk memudahkan proses ini, brand bisa cek rate card KOL di KOL.ID

KOL.ID akan membantu brand menemukan KOL yang populer, di LinkedIn dan berbagai media sosial seperti InstagramTikTok, dan Youtube. Melalui strategi konten yang adaptif dan kolaborasi yang tepat, brand tak hanya hadir di LinkedIn, tetapi juga membangun pengaruh yang bertahan lama di benak para profesional.