Cara Baru Brand Activism, Apakah Kini Influencer Jadi Kunci Utama?
Pernahkah Anda merasa ingin membeli suatu produk karena brand tersebut mendukung nilai sosial atau politik yang sama? Nah, hal itu disebut dengan brand activism.
Apa itu brand activism? Jadi, brand acitvism atau aktivisme merek adalah kondisi di mana sebuah brand mengambil sikap terhadap isu sosial atau politik yang terjadi.
Ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa brand bukan hanya mencari keuntungan, tetapi juga memiliki nilai, prinsip, dan kepedulian terhadap isu yang terjadi di lingkungan.
Data dari Sprout Social tahun 2017 mengungkapkan bahwa 66% konsumen menginginkan brand mengambil sikap terhadap isu sosial dan politik yang terjadi karena percaya brand dapat menciptakan perubahan nyata.
Namun, seiring berjalannya waktu, perilaku konsumen pun berubah. Beberapa tahun lalu, brand yang berani menyerukan pendapat tentang isu-isu yang terjadi dianggap penting dan bernilai di mata konsumen. Namun, sekarang hanya 25% konsumen yang merasa brand harus angkat suara mengenai isu sosial atau berita yang terjadi.
Kenapa hal ini berubah?
Konsumen Lebih Realistis dan Kritis
Perubahan ini terjadi karena semakin banyak orang yang skeptis terhadap brand yang terkesan hanya pura-pura peduli atau sekadar ikut tren saat menyuarakan isu sosial. Perasaan skeptis ini disebut dengan istilah “woke-washing” yang artinya merujuk pada strategi brand yang berpura-pura peduli terhadap isu sosial untuk membangun citra positif terhadap konsumen, tanpa benar melakukan aksi nyata.
Konsumen sekarang justru lebih menghargai brand yang fokus memberikan pelayanan terbaik. Bahkan, data dari The 2023 Sprout Social Index mengungkapkan, sekitar 51% konsumen merasa hal itu lebih penting dibandingkan brand yang ikut berpendapat soal suatu isu, hanya sekitar 25% konsumen yang menganggap itu memorable.
Adanya perubahan dari konsumen ini membentuk pola baru dalam strategi marketing brand. Kini, banyak orang justru lebih percaya saat pesan sosial datang dari influencer yang mereka ikuti.
Nah, di tengah pergeseran ini muncul satu pertanyaan penting, apakah influencer menjadi cara baru bagi brand untuk menyuarakan aktivisme mereka?
Influencer Sebagai Corong Aktivisme
Data dari Sprout Social mengungkapkan bahwa 87% konsumen mengharapkan influencer untuk mengambil sikap terhadap isu-isu sosial.
Data ini memunculkan perbedaan yang mencolok antara ekspektasi konsumen terhadap influencer dengan ekspektasi mereka terhadap brand.
Nah, disinilah peran influencer semakin penting. Saat aktivisme di media sosial gencar dipimpin oleh influencer atau KOL, brand perlu menerapkan pola baru.
Alih-alih menyeruakan isu secara langsung, brand bisa mengandalkan influencer sebagai jembatan untuk menyampaikan nilai atau pesan sosial mereka. Meskipun ekspektasi konsumen terhadap brand activism belum memudar, tetapi sebagian besar konsumen tampaknya mulai percaya bahwa tongkat estafet aktivisme media sosial harus diserahkan kepada influencer.
Apakah ini Mengartikan Bahwa Influencer Jadi Kunci Utama dalam Brand Activism?
Adanya pergesaran ekspektasi konsumen dari brand ke influencer dalam menyampaikan pesan sosial, mengartikan bahwa influncer kini memegang peranan penting sebagai cara baru dalam menyampaikan aktivisme brand.
Dalam lanskap pemasaran yang makin kompleks, influencer kini memainkan peran yang jauh lebih luas dari sekadar promosi produk. Mereka menjadi agen nilai dan representasi brand, termasuk dalam menyuarakan keberpihakan terhadap isu-isu tertentu. Apakah ini memiliki dampak yang besar bagi citra dan reputasi brand?
Jawabannya, ya tentu saja. Survei dari Sprout Pulse 2024 mengungkapkan bahwa 42% konsumen akan berhenti mengikuti brand jika mereka bekerja sama dengan influencer yang tidak sejalan dengan nilai-nilai konsumen.
Data tersebut mencerminkan perilaku konsumen yang cukup sensitif terhadap siapa yang menjadi representasi dari brand.
Maka dari itu, penting bagi brand untuk berhati-hati dalam memilih influencer. Bukan hanya dari banyaknya followers, tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai mereka yang selaras dengan citra dan tujuan jangka panjang brand.
Jangan sampai brand memilih hanya melihat dari banyaknya followers, namun tidak mengetahui nilai atau standing position influencer tersebut dalam suatu isu. Ketika brand bekerja sama dengan influencer yang ternyata memiliki pandangan kontroversial atau bertolak belakang dengan nilai-nilai audiens, risiko reputasi pun tak bisa dihindari. Alih-alih mendapat exposure positif, brand justru bisa terkena backlash, dari kritik tajam yang berujung pada penurunan kepercayaan publik.
Contoh Brand Activism Menggunakan Influencer
Untuk lebih memahami cara brand menggandeng influencer untuk menyerukan pesan sosial, KOL.ID telah merangkum 2 brand untuk menjadi studi kasus.
1. Nike X Colin Kaepernick
Nike mengambil langkah berani lewat kolaborasinya dengan Colin Kaepernick pada tahun 2018. Kolaborasi ini menjadi salah satu contoh bahwa influencer menjadi cara baru bagi brand acitvism. Nike memanfaatkan Colin Kaepernick untuk menyuarakan pesan atas rasisme kulit hitam di AS.
Colin Kaepernick adalah mantan quarterback NFL (National Football League) yang menjadi sorotan karena aksinya berlutut saat lagu kebangsaan Amerika dikumandangkan sebelum pertandingan, sebagai bentuk protes terhadap kebrutalan polisi terhadap komunitas kulit hitam di AS.
Nike menggandeng Kaepernick dalam kampanye “Just Do It” edisi ulang tahun ke-30. Dalam visual kampanye tersebut, Kaepernick tampil dengan pesan yang menggetarkan:
“Believe in something. Even if it means sacrificing everything.”
Pesan ini merujuk pada bagaimana Kaepernick kehilangan kariernya di NFL akibat sikap protesnya dan Nike memposisikan diri sebagai brand yang berdiri di sisi moralitas dan keberanian.
2. The Body Shop Indonesia
Sejak awal berdirinya, The Body Shop Indonesia dikenal sebagai brand beauty yang tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga memegang teguh nilai-nilai keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Komitmen ini tercermin dalam berbagai program dan kampanye yang dijalankan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya menjaga alam demi masa depan yang lebih baik.
Pada bulan Ramadhan 2023, The Body Shop Indonesia kembali menunjukkan kepeduliannya meluncurkan campaign #TBSGreenRamadhan. Kampanye ini mengajak masyarakat Indonesia untuk menjalani challenge gaya hidup yang lebih ramah lingkungan selama bulan suci, seperti tidak menggunakan plastik selama sehari dan memilih menggunakan produk ramah lingkungan.
Untuk memperluas jangkauan dan menginspirasi lebih banyak orang, The Body Shop menggandeng influencer Tantri Namirah. Tantri, yang dikenal aktif dalam berbagai inisiatif lingkungan, berperan penting dalam mengedukasi dan mengajak followers-nya untuk ikut serta dalam tantangan #TBSGreenRamadan.
The Body Shop juga menggandeng KOL TikTok untuk menjalankan challenge ini dengan tagar #TBSGreenRamadan di setiap postingannya.
Anda bisa cek video Tantri Namirah yang mengikuti challenge The Body Shop di bawah ini:
@tantrinamirah This is my three easy inspiration for #TBSGreenRamadan Challenge ? What's yours? Join #TBSGreenRamadan ♬ original sound - Tantrinamirah
Bagaimana Cara Mengidentifikasi Influencer yang Tepat?
Di era banyaknya influencer dan KOL, brand perlu melakukan riset mendalam untuk memahami latar belakang siapa sebenarnya sosok di balik akun tersebut.
Langkah awalnya bisa dimulai dari menelusuri konten apa yang mereka unggah, topik apa yang sering mereka angkat, hingga bagaimana reaksi audiens terhadap pandangan dan opini mereka.
Menggali lebih dalam membantu brand menemukan influencer yang bukan hanya relevan secara niche, tetapi juga memiliki nilai dan prinsip yang sama dengan brand. Kolaborasi seperti ini akan membuat brand Anda lebih disukai komunitas dan meningkatkan penjualan.
Jika Anda sudah melakukan riset mendalam terhadap influencer pilihan Anda, langkah selanjutnya Anda bisa cek rate card mereka. Anda bisa menggunakan KOL.ID untuk cek rate card influencer agar proses negosiasi lebih cepat dan mudah.
Brand dapat mengetahui biaya kerja sama dengan influencer berdasarkan platform yang digunakan, misalnya untuk satu kali unggah video TikTok, Instagram Story atau konten YouTube.
Lalu, Anda bisa menyesuaikan budget allocation dengan anggaran marketing brand, sehingga dapat memberikan estimasi pengeluaran yang tepat. Namun, penting untuk diingat bahwa memilih influencer bukan sekadar soal biaya terendah atau tertinggi.
Bandingkan rate card dengan nilai yang mereka tawarkan, apakah engagement-nya konsisten? Apakah audiensnya sesuai dengan target audience brand Anda? Apakah persona influencer tersebut cocok dengan citra brand?
Selain itu, pertimbangkan juga fleksibilitas dalam kerja sama. Influencer yang terbuka untuk berdiskusi mengenai format konten dan terbiasa menjaga komunikasi dua arah akan mempermudah proses kolaborasi serta meminimalkan miskomunikasi yang bisa berdampak pada hasil akhir kampanye.
Jika semua aspek sudah cocok, Anda bisa melangkah ke tahap selanjutnya untuk negosiasi atau pembuatan brief konten. Brand juga harus terus memantau kinerja hasil kerja sama dengan influencer atau KOL tersebut. Untuk mempermudah, sudah ada tools untuk memudahkan quick report campaign influencer di KOL.ID.
Tools ini mempermudah Anda mengetahui total likes, total views, total engagement dan performa lainnya secara keseluruhan hanya dalam satu dashboard. Dengan begitu, Anda tidak perlu lagi melakukan pelacakan manual satu per satu dari tiap platform yang digunakan oleh influencer atau KOL. Bagi Anda yang penasaran, segera cek website KOL.ID dan tentukan influencer yang paling sesuai dengan brand Anda!

share this article

Salsa - Manager KOL.ID
Hi, I'm Salsa! I focus on content marketing that brings brands together with KOLs to create authentic and engaging stories. By understanding trends and conducting research, I help brands and KOLs create impactful collaborations that resonate with their audience and deliver measurable results.
Post You’ve Might Like
Empower your brand's
growth journey with KOL.ID
Equip yourself with an all-inclusive suite of tools for initiating and expanding influencer marketing campaigns.
Try KOL.ID for Free