Buat Rate Card Tiktok Buat Rate Card Instagram Buat Rate Card Youtube
Buat MoU Otomatis Cek ER KOL Tiktok Cek ER KOL Instagram Cek ER KOL YouTube Download Video Tiktok Download Video Instagram Download Video Youtube Kamus KOL
Ranking KOL Tiktok Ranking KOL Instagram Ranking KOL Youtube Cek Rate Card KOL Tiktok Cek Rate Card KOL Instagram Cek Rate Card KOL Youtube Campaign Report KOL Management Extensions KOL.ID
Login Register
HOME › Social Media › KOL ID Report: Pengaruh Personal Branding Terhadap Pertumbuhan Sebuah Bisnis

KOL ID Report: Pengaruh Personal Branding Terhadap Pertumbuhan Sebuah Bisnis

Hero image of a city skyline at night

Saat ini, social media memberikan pengaruh besar dalam perkembangan bisnis. Kehadiran social media membuka cara-cara baru bagi bisnis untuk dikenal lebih luas dan bertahan lama di persaingan yang kompetitif. Salah satu aspek penting yang mempengaruhi perkembangan bisnis melalui social media adalah personal branding. Studi dari Sprout Social (2021) mengemukakan bahwa pelaku usaha atau brand owner yang aktif membangun personal branding di social media, terutama LinkedIn dan Instagram, memiliki potensi hingga 45% lebih banyak prospek bisnis dibandingkan dengan yang tidak aktif membangun citra pribadi. Data ini berlaku pada sektor B2B, startup, dan jasa profesional seperti konsultan.

Tapi, benarkah personal branding se-powerful itu? Apakah setiap business owner harus turut serta membangun personal branding? Sebelum membahas lebih jauh, kita akan membahas lebih dalam tentang branding terlebih dahulu!

Memahami Branding dan Pengaruhnya untuk Bisnis

Branding adalah upaya menciptakan identitas, nilai, dan persepsi tertentu terhadap suatu bisnis atau individu. Branding mencakup berbagai elemen mulai dari nama, logo, slogan, desain visual, hingga brand voice dan customer experience.

Terdapat dua jenis branding dalam mengembangkan sebuah bisnis, product branding atau merek dan personal branding. Keduanya berperan besar dalam keberhasilan bisnis.


Sebagai contoh dan perbandingan, mari kita bahas dua brand otomotif besar di dunia yang menggunakan strategi product branding dan personal branding, yaitu Toyota dan Tesla.

Product Branding - Toyota

Toyota dikenal sebagai brand yang mengedepankan produk, bukan sosok individu. Meskipun nama Toyota berasal dari keluarga pendiri, brand ini berkembang berkat produknya itu sendiri yang melambangkan kehandalan, kualitas, dan konsistensi di pasar otomotif global. Toyota sejak berdiri selalu mengedepankan stabilitas dan kepercayaan jangka panjang, tidak mengandalkan figur publik tertentu.

Filosofi produksi “Toyota Production System” (TPS) dengan pendekatan kaizen (perbaikan berkelanjutan) telah menjadi dasar reputasi Toyota sebagai produsen kendaraan yang efisien dan berkualitas tinggi. Menurut survei J.D. Power 2023, Toyota mendapat skor kepuasan pelanggan yang tinggi, terutama di segmen kendaraan keluarga dan komersil. Jadi, bisa dibilang pelanggan membeli produk Toyota karena kualitas dan reputasinya. Di bawah ini merupakan data penjualan Toyota secara global:

  • 2019: 10.7 juta unit
  • 2020: 9.5 juta unit
  • 2021: 10.3 juta unit
  • 2022: 10.4 juta unit
  • 2023: 10.3 juta unit
  • 2024: 10.16 juta unit

Keandalan Toyota membuatnya bisa mendominasi pasar global secara konsisten, terbukti penjualannya tertinggi selama lima tahun berturut-turut (2019–2024) secara tahunan dan hampir stabil di kisaran 10 juta unit.

Personal Branding - Elon Musk (Tesla)

Di sisi lain, Tesla sangat erat kaitannya dengan Elon Musk, CEO dan founder yang menjadi wajah dan suara Tesla. Musk dikenal sebagai figur eksentrik dan visioner yang secara aktif membangun citra Tesla sebagai pelopor inovasi kendaraan listrik dan energi hijau. Tesla mengusung misi disrupsi industri otomotif dengan kendaraan listrik (EV) yang ramah lingkungan dan teknologi terdepan. Visi Elon Musk adalah mengubah paradigma energi dunia, menjadikan Tesla bukan hanya mobil tapi simbol dan inisiasi perubahan.

Menurut studi Hootsuite (2022), lebih dari 40% pembeli Tesla terinspirasi langsung oleh Elon Musk, menunjukkan kekuatan personal branding dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Di bawah ini merupakan data penjualan Tesla secara global:

  • 2019: 300,8 ribu unit
  • 2020: 440 ribu unit
  • 2021: 900 ribu unit
  • 2022: 1.2 juta unit
  • 2023: 1.8 juta unit
  • 2024: 1.7 juta unit

Dari data di atas kita dapat mengetahui walaupun Tesla secara angka penjualan masih jauh dari Toyota, namun ada pertumbuhan di sana. Bahkan, pada tahun 2021 ada pertumbuhan sebesar 105.9% dari tahun 2020. Menariknya, data penjualan unit Tesla tersebut juga identikal dengan popularitas Elon Musk yang melonjak pada tahun 2021. 

Pertumbuhan penjualan Tesla tidak hanya mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap kendaraan listrik (EV), tetapi juga berkorelasi kuat dengan lonjakan personal branding Elon Musk. Tahun 2021 menjadi titik balik penting bagi Tesla dan Elon Musk secara bersamaan, karena Elon Musk untuk pertama kalinya menyalip Jeff Bezos sebagai orang terkaya di dunia, menurut Forbes dan Bloomberg. Capaian ini membuatnya mendapat sorotan besar dari berbagai belahan dunia.

Selain itu, aktivitas Elon Musk di Twitter (sekarang X) pada tahun itu semakin intens dan viral, dengan jutaan engagement setiap cuitannya. Dari komentar tentang kripto, teknologi luar angkasa, hingga meme, Elon Musk membentuk narasi yang menjadikan dirinya dan Tesla sebagai bahan pembicaraan global. 

Hal tersebut bukan tanpa bukti, kalau kita menilik social media dari kedua brand di atas, Tesla sebagai penentang status quo memiliki followers lebih banyak, 9.5 juta di instagram dan hampir 24 juta di X (Twitter), sedangkan Toyota ada di angka 8.7 juta followers untuk instagramnya dan 230 ribuan untuk followers X (Twitter) nya. Meskipun penjualan Tesla belum semasif Toyota, prospek bisnisnya sangat terlihat, terutama dari tingginya jumlah followers di social medianya yang didapat dari kekuatan personal branding Elon Musk.

Apabila kita simpulkan, Toyota merepresentasikan kepercayaan jangka panjang melalui pendekatan product branding yang konsisten, sementara Tesla mencerminkan disrupsi dan narasi masa depan lewat kekuatan personal branding Elon Musk. Baik product maupun personal branding sama-sama berperan penting dalam membangun kesuksesan bisnis, namun efektivitasnya sangat bergantung pada konteks dan timing penerapannya. 

Personal branding cocok digunakan untuk merepresentasikan value berupa disrupsi terhadap status quo, sementara product branding lebih relevan untuk pematangan bisnis. Keduanya bukan pendekatan yang saling menggantikan, melainkan saling melengkapi. Jika diterapkan dengan strategi yang tepat dan pada waktu yang sesuai, kombinasi personal branding dan product branding dapat menjadi kekuatan besar dalam mendorong pertumbuhan serta keberlanjutan sebuah bisnis.

Pengaruh Personal Branding Terhadap Pertumbuhan Bisnis

Laporan Brand Builders Group (2022) mengatakan bahwa mayoritas konsumen cenderung membeli produk sebuah brand yang "wajah di balik bisnis" mereka kenali, terlebih yang autentik, kredibel, dan dapat dipercaya. Namun, apakah “wajah di balik bisnis” atau personal branding ini selalu identik dengan owner atau founder? Sebenarnya tidak juga, karena esensi dari personal branding adalah sosok yang menjadi wajah dari sebuah brand, jadi selain business owner, sebuah merek bisa menggunakan brand ambassador, influencer, maupun KOL. Untuk lebih detailnya, mari kita bahas!

1. Business Owner

Seorang business owner adalah individu yang memiliki atau mendirikan sebuah bisnis, baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Mereka tidak hanya sekadar pemilik modal, tetapi juga menjadi otak di balik strategi, arah perusahaan, dan seringkali terlibat langsung dalam pengambilan keputusan penting. Tanggung jawab mereka mencakup berbagai aspek mulai dari menetapkan visi dan misi bisnis, membentuk budaya organisasi, hingga memastikan operasional harian berjalan sesuai rencana.

Dikarenakan keterlibatan yang mendalam, identitas dan nilai-nilai pribadi seorang business owner kerap melekat erat pada citra perusahaan. Business owner sering dianggap sebagai "wajah asli" dari bisnis tersebut. Hal ini membuat persepsi publik terhadap pemilik bisnis memiliki pengaruh besar terhadap reputasi dan keberhasilan.

Salah satu contoh yang relevan dalam personal branding tadi sudah kita bahas, yaitu Elon Musk, pendiri dan CEO Tesla. Musk bukan hanya tokoh di balik teknologi mobil listrik yang revolusioner, tetapi juga simbol dari semangat dan inovasi. Gaya kepemimpinannya yang unik, visi futuristik, serta kepribadiannya yang eksentrik menjadikan dirinya sangat identik dengan Tesla. 

Bahkan, walaupun penjualan mobil Tesla belum pernah sebanyak Toyota, laporan di Februari 2025 menunjukkan kapitalisasi pasar saham Tesla mencapai $942 miliar USD, melebihi nilai Toyota di angka sekitar $237,97 miliar USD. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak orang khususnya investor, percaya bahwa Tesla masih dalam masa pertumbuhan dan secara bisnis tentu masih bisa meningkat.

2. Brand Ambassador

Brand Ambassador adalah seseorang yang secara resmi ditunjuk untuk mewakili sebuah merek atau produk dalam rangka membangun citra positif, meningkatkan popularitas, dan memperkuat hubungan antara brand dan konsumen. Mereka bisa berasal dari berbagai latar belakang, seperti selebritis yang memiliki pengaruh kuat. 

Brand Ambassador dipilih karena citra pribadinya dianggap selaras dengan nilai-nilai yang ingin ditunjukkan oleh sebuah brand atau merek. Tugas utama mereka bukan hanya mengenakan atau menggunakan produk, tetapi juga mempromosikannya secara aktif melalui berbagai kesempatan seperti social media, acara publik, wawancara, atau konten digital. Brand Ambassador bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan merek secara konsisten (Brand Messaging).

Salah satu contoh terkenal dari Brand Ambassador adalah Cristiano Ronaldo, pesepakbola dunia yang menjadi wajah dari salah satu jenis produk sepatu Nike. Dengan citra sebagai atlet berprestasi, penuh disiplin, dan memiliki gaya hidup aktif, Ronaldo dinilai sangat cocok untuk mewakili nilai-nilai Nike sebagai simbol performa tinggi dan gaya hidup sporty. 

Berdasarkan laporan dari Hookit, aktivitas social media Cristiano Ronaldo dalam satu tahun menghasilkan nilai media sebesar 474 juta dolar AS untuk Nike. Angka ini mencerminkan besarnya pengaruh seorang Brand Ambassador dalam menciptakan eksposur dan nilai komersial bagi sebuah merek. Melalui kehadiran dan kredibilitasnya, Brand Ambassador mampu menjembatani brand dengan konsumen secara lebih efektif dan emosional.

3. Influencer

Influencer adalah individu yang memiliki jumlah pengikut yang besar dan loyal di platform social media seperti Instagram, TikTok, YouTube, maupun blog pribadi. Peran influencer menjadi sangat signifikan sejak social media mulai digunakan banyak orang. Mereka seperti seorang "selebriti di internet” dan kehidupan sehari-harinya selalu menarik bagi banyak orang. Melalui konten yang bersifat personal, influencer dapat memperkenalkan produk dengan cara yang lebih relatable. Hal ini menjadikan pemasaran melalui influencer cukup efektif dalam membangun kepercayaan dan menciptakan konversi penjualan.

Menurut sebuah studi dari Collective Bias, sekitar 60% konsumen mengaku pernah melakukan pembelian setelah melihat produk yang direkomendasikan oleh influencer di social media . Salah satu contoh nyata keberhasilan strategi ini adalah brand jam tangan asal Swedia, Daniel Wellington. Dalam tiga tahun pertama operasionalnya, perusahaan ini berhasil menjual lebih dari 1 juta unit jam tangan dan menghasilkan pendapatan sebesar 228 juta dolar AS. Strategi utama di balik kesuksesan ini adalah kolaborasi dengan ratusan influencer di seluruh dunia. 

4. Key Opinion Leader (KOL)

KOL adalah sosok ahli atau profesional yang memiliki kredibilitas dan keahlian mendalam dalam bidang tertentu. Mereka dipercaya oleh komunitas atau niche yang mereka geluti, sehingga pengaruh mereka bukan hanya didasarkan pada popularitas semata, tetapi lebih pada otoritas dan keahlian yang mereka miliki. Oleh karena itu, KOL sering dianggap sebagai sumber referensi yang dapat memberikan rekomendasi yang lebih terpercaya bagi audiensnya.

Penelitian dari Mediakix menunjukkan bahwa campaign pemasaran yang melibatkan KOL mampu meningkatkan engagement (interaksi audiens seperti like, comment, dan share) sebesar 30-50% lebih tinggi dibandingkan menggunakan influencer. Selain itu, penggunaan KOL juga berdampak langsung pada peningkatan penjualan hingga 20% untuk niche tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa audiens yang mengikuti KOL cenderung lebih percaya dan terpengaruh dalam mengambil keputusan pembelian.

Contoh nyata penerapan strategi KOL dapat dilihat pada brand kecantikan asal Perancis, Sephora. Sephora bekerja sama dengan 27 KOL di beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Hong Kong untuk mempromosikan produk kecantikan dan perawatan kulit mereka. Kolaborasi ini berhasil menjangkau lebih dari 1,8 juta orang (reach) dan menghasilkan hampir ratusan ribu interaksi, seperti komentar dan likes, yang menunjukkan tingkat engagement rate yang sangat tinggi.

Lebih dari itu, Sephora menggunakan platform KOL marketing bernama Lefty, yang memungkinkan mereka untuk memantau dan melacak Key Performance Indicators (KPI) secara real-time. Dengan data tersebut, Sephora bisa langsung mengukur efektivitas kampanye dan melakukan penyesuaian strategi dengan cepat. Hasilnya, antara tahun 2022 dan 2023, Sephora berhasil meningkatkan Return on Investment (ROI) sebesar 1013%, serta meningkatkan impresi social media hingga 491%.

Sebagai kesimpulan, personal branding memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan bisnis di era digital saat ini. Baik business owner, brand ambassador, influencer, maupun Key Opinion Leader (KOL) dapat menjadi wajah untuk membangun kepercayaan, memperluas brand awareness, dan meningkatkan engagement dengan audiens. Dengan kombinasi personal branding dan product branding yang tepat, sebuah bisnis dapat memperkuat posisinya di pasar serta membuka peluang kolaborasi dan penjualan yang lebih banyak.

Jika Anda ingin mengoptimalkan personal branding dan strategi marketing yang melibatkan KOL dan influencer di berbagai platform social media seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, maka Anda bisa mengunjungi KOL.ID, platform marketing technology yang dapat Anda andalkan untuk memastikan setiap campaign influencer marketing berjalan tepat sasaran dan terukur.

Melalui KOL.ID, Anda dapat dengan mudah cek rate card KOL, menganalisis profil KOL, dan menyusun strategi kolaborasi yang lebih personal dan sesuai dengan segmen audiens target Anda. Dengan pendekatan berbasis data di platform KOL.ID, anggaran marketing Anda akan lebih efektif. Jangan biarkan peluang besar ini terlewat, jalankan strategi personal branding yang relevan dan berbasis data bersama KOL.ID!