Saat Anda scroll TikTok, pernahkah lewat di FYP Anda clip content dari suatu podcast atau konten berdurasi panjang? Biasanya clip content tersebut potongan dari podcast populer, seminar inspiratif, atau talkshow penuh kontroversi yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
Nah, menariknya, konten clipping seperti itu mendapat banyak like, comment, dan share, bahkan lebih banyak dari konten originalnya. Disini lah muncul pertanyaan, kenapa ya klip-klip singkat ini seringkali lebih viral dibandingkan dengan konten originalnya? Apa rahasia di balik daya tariknya yang membuat orang stay untuk nonton, bahkan menekan tombol share? Yuk, kita bahas lebih dalam mengenai ini!
Apa Itu Konten Clipping?
Konten clipping adalah proses memotong bagian tertentu dari sebuah video panjang dan membagikan ulang sebagai cuplikan konten (clip content).
Nah, siapa yang biasanya melakukan konten clipping? Umumnya, ada 2 tipe pelaku utama, yaitu original creator dan clipper. Original creator adalah pemilik konten original yang memotong dan mempublikasikan ulang clip kontennya sendiri. Sedangkan, clipper adalah pihak ketiga yang memotong konten orang lain dan mengunggah cuplikannya, kadang hanya untuk hiburan atau untuk tujuan monetisasi.
.jpg)
Namun, yang perlu diperhatikan bagi clipper, mereka harus menyebutkan sumber asli konten yang dipotong agar tidak mengklaim konten tersebut sebagai miliki sendiri dan transparan kepada audiens.
Beberapa platform populer di mana konten clipping sering viral yaitu TikTok, Instagram Reels, YouTube Shorts. Kenapa? karena 3 platform ini menyediakan format short-form video yang mendukung konten clipping lebih cepat dijangkau audiens.
Data dari Grab On, pada tahun 2025, TikTok menjadi platform dengan format konten short form video terpopuler, dengan rata rata pengguna menghabiskan 76 menit setiap harinya. Selanjutnya diikuti oleh Instagram dengan rata-rata pengguna 54 menit dan YouTube Short 44 menit perhari.
.jpg)
Itulah mengapa konten clipping sangat mudah dijangkau audiens karena durasi pengguna TikTok, Instagram, dan YouTube per harinya sangat tinggi, bahkan ada yang lebih dari 1 jam. Konten clipping yang biasanya menampilkan potongan momen menarik, lucu, inspiratif, atau kontroversial dari video panjang, memiliki keunggulan karena langsung menyajikan inti video dalam hitungan detik.
Kenapa Content Clipping Cepat Viral?
Ada beberapa alasan content clipping ini cepat viral di beberapa media sosial, yaitu:
1. Video Straight to the Point
Konten straight to the point atau yang langsung menuju inti pesan merupakan jenis konten yang paling sesuai dengan preferensi penonton masa kini, terutama mengingat penurunan drastis dalam rentang perhatian (attention span).
Menurut data dari sambarecovery.com, rata-rata rentang perhatian manusia dewasa hanya sekitar 8,25 detik. Hal ini berarti bahwa audiens saat ini sangat cenderung memilih video yang langsung memberikan informasi atau hiburan tanpa banyak basa-basi.
Data dari Yaguara.Co menjelaskan bahwa 73% konsumen lebih menyukai video pendek untuk memahami suatu produk atau pesan dibandingkan dengan video berdurasi panjang.

Konten clipping yang berdurasi kurang dari 1 menit sangat efektif karena langsung menyampaikan inti pesan dalam waktu singkat, sesuai dengan pola konsumsi konten di era digital saat ini. Dengan rentang perhatian rata-rata manusia yang hanya 8,25 detik, pengguna tidak punya banyak perhatian menunggu bagian menarik dari sebuah video.
Ini membuktikan bahwa video berdurasi singkat, seperti konten clipping, lebih selaras dengan kebutuhan dan kebiasaan audiens modern, cepat, padat, dan langsung ke poin.
2. Video Pendek Lebih Sering Ditonton Sampai Selesai
Salah satu alasan kenapa clipping konten lebih cepat viral karena durasinya yang pendek membuat penonton menontonnya hingga selesai. Dalam konteks algoritma media sosial, ini disebut dengan completion rate, yaitu metrik untuk mengukur seberapa banyak penonton menonton sebuah video hingga selesai. Semakin tinggi completion rate nya, semakin besar pula peluang video untuk masuk FYP pengguna lainnya.
Data dari videotap mengungkapkan bahwa konten video di bawah 60 detik memiliki completion rate tertinggi dibandingkan dengan video dengan durasi lainnya. Anda bisa cek di bawah ini.
.jpg)
Data tersebut menunjukkan bahwa video pendek di bawah 60 detik lebih sering ditonton sampai selesai dibandingkan video berdurasi panjang. Sementara itu, video yang berdurasi lebih dari 20 menit justru hanya diselesaikan oleh sekitar 22% penonton. Artinya, semakin panjang videonya, semakin besar kemungkinan penonton berhenti di tengah jalan.
Maka dari itu, konten clipping menjadi salah satu konten yang cepat viral karena didukung oleh algoritma dan perilaku konsumsi penonton zaman sekarang. Dengan durasi yang ringkas, konten clipping juga cenderung ditonton berulang oleh penonton. Pengulangan ini memperkuat sinyal engagement yang akan semakin memperbesar peluang video untuk tampil di beranda pengguna lain.
3. Mendapat Engagement Lebih Tinggi
Konten clipping yang memiliki format video pendek atau short-form video, mendapatkan engagement lebih tinggi dibandingkan video berdurasi panjang. Menurut laporan dari Grab On, video pendek (di bawah 60 detik) menghasilkan engagement 250% lebih efektif dibandingkan video berdurasi panjang.
Hal ini terjadi karena video pendek lebih mudah dikonsumsi dalam waktu singkat, sesuai dengan kebiasaan penonton saat ini yang memiliki attention span terbatas. Penonton cenderung menonton video sampai habis jika durasinya singkat.
4. Video Pendek Lebih Sering di Share
Konten clipping yang berdurasi pendek, memiliki peluang lebih tinggi untuk ditonton ulang dan dibagikan (share) oleh pengguna dibandingkan dengan video berdurasi panjang. Hal ini karena konten video pendek lebih mudah dicerna, pesan yang disampaikan cepat dan jelas sehingga penonton lebih nyaman dibagikan kepada orang lain.
Data dari Firework juga mengungkapkan bahwa 47% marketers mengungkapkan bahwa video pendek lebih mudah viral karena formatnya yang “shareable”, singkat, dan straight to the point, membuat orang tidak ragu menyebarkannya.

Ketika konten dibagikan, secara otomatis jangkauannya bertambah. Karena video pendek tidak membebani penonton secara waktu dan perhatian, maka peluang dibagikan menjadi lebih besar. Hal ini menciptakan efek snow ball, semakin sering dibagikan, semakin luas audiens yang dijangkau.
Perbandingan Clipping Content vs Content Original
Setelah mengetahui alasan kenapa konten clipping lebih cepat viral dibandingkan original kontennya. Lantas, bagaimana contoh dari konten clipping?
Nah, disini KOL.ID akan memberikan contoh konten clipping beserta perbandingannya dengan versi konten original. Kita juga akan membahas bagaimana perbandingan kedua nya dari segi engagement, mulai dari jumlah views, hingga share. Yuk, simak contohnya di bawah ini!
1. Konten Clipping
Salah satu konten clipping yang menarik yaitu Timothy Ronald, ia dikenal sebagai content creator crypto dengan konten obrolan yang santai namun insight nya tajam. Konten ini bukan diunggah oleh Timothy langsung, melainkan dari seorang clipper yang memotong bagian menarik dari video aslinya dan membagikannya ulang dalam format short-video.
@timothyronaldarchive Independent woman? #timothyronald #kalimasada #avs #akademicrypto ♬ sonido original - HA RR IE R 23?⚡
Bagaimana hasilnya? Nah, konten tersebut mendapat 466.800 ribu views, 34.000 likes, 1.038 komentar. dan 1.987 kali share per 5 Juni 2025. Ini menunjukkan bahwa konten clipping memiliki daya tarik yang tinggi pada penonton, bahkan melampaui performa konten originalnya. Anda bisa lihat konten originalnya di bawah ini!
2. Content Original
Berikut content original dari konten clipping di atas.
Ini adalah original konten dari clipping video di atas. Video berdurasi panjang ini mendapatkan hanya sekitar 327.000 ribu views, dan 10.000 likes per 5 Juni 2025. Ini menunjukkan bahwa masyarakat sekarang lebih tertarik dengan konten clipping dibandingkan konten berdurasi panjang.
Perbandingan di atas secara nyata menggambarkan pergeseran pola konsumsi konten masyarakat yang cenderung memilih video pendek yang langsung ke inti dan cepat di konsumsi. Konten clipping yang hanya berdurasi sekitar 30–60 detik berhasil menarik lebih banyak perhatian, interaksi, dan distribusi organik (shares) dibandingkan video original berdurasi panjang.
Jadi, dari perbandingan ini, bisa disimpulkan bahwa konten clipping bukan hanya pelengkap, tetapi strategi efektif untuk meningkatkankan awareness dan engagement, bahkan konten clipping ini bisa jadi cara ampuh untuk mendapatkan penonton dan followers baru.
Bagi Anda content creator atau KOL yang memiliki konten berdurasi panjang di YouTube, ini saatnya mulai memaksimalkan potensi cuplikan konten Anda di TikTok atau platform short video lainnya. Pilih bagian paling menarik, insightful, atau menghibur dari video Anda, lalu jadikan konten clipping yang padat dan engaging.
Dengan meningkatnya exposure dan tingginya engagement clip content, brand pun akan lebih tertarik bekerja sama. Nah, Anda perlu menyiapkan rate card profesional agar peluang kerja sama bisa langsung ditindaklanjuti. Bagi Anda yang masing bingung cara buat rate card, Anda bisa membuatnya di KOL.ID.
Platform ini menyediakan tools untuk buat rate card di Instagram, TikTok, ataupun YouTube sesuai dengan performa akun sehingga hasil rate card akurat. Sistem akan menganalisis mulai dari engagement, like, hingga demografi followers sehingga Anda dapat mengetahui performa konten Anda dengan baik. Segera buat rate card di KOL.ID dan maksimalkan potensi Anda!
.jpg)