Buat Rate Card Tiktok Buat Rate Card Instagram Buat Rate Card Youtube
Buat MoU Otomatis Cek ER KOL Tiktok Cek ER KOL Instagram Cek ER KOL YouTube Download Video Tiktok Download Video Instagram Download Video Youtube Kamus KOL
Ranking KOL Tiktok Ranking KOL Instagram Ranking KOL Youtube Cek Rate Card KOL Tiktok Cek Rate Card KOL Instagram Cek Rate Card KOL Youtube Campaign Report KOL Management Extensions KOL.ID
Login Register
HOME › Glossary › Messy Middle

Messy Middle

Hero image of a city skyline at night

Saat ingin belanja online, pernahkah Anda berniat untuk mencari satu produk, tapi akhirnya tergoda untuk melihat produk-produk dari toko lainnya? Bahkan mungkin Anda membandingkan harga, membaca label, atau bahkan menimbang promo gratis ongkir sebelum benar-benar check out barang tersebut. Itulah gambaran sederhana dari Messy Middle, sebuah fase penting dalam customer journey sebelum mengambil keputusan.

Nah, untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkapnya, yuk, simak penjelasan di bawah ini! 

Apa Itu Messy Middle?

Messy middle adalah istilah marketing yang menggambarkan fase saat konsumen masih berada di tahap pertimbangan sebelum mengambil keputusan pembelian. Pada tahap ini, konsumen berada di zona abu-abu di mana mereka masih melakukan eksplorasi, perbandingan, serta evaluasi sebelum akhirnya memilih produk.

Fase ini disebut "messy" karena jalannya tidak lurus, melainkan dipenuhi bolak-balik antara mencari informasi baru, membaca ulasan, menonton video review, hingga bertanya kepada teman atau komunitas online. Konsumen bisa berpindah dari satu brand ke brand lain hanya dalam hitungan detik, tergantung seberapa kuat informasi dan pengalaman digital yang mereka temui.

Asal-Usul Messy Middle

Konsep ini lahir dari riset Google tahun 2020 yang ingin memahami bagaimana konsumen modern mengambil keputusan. Google menemukan bahwa proses pembelian tidak hanya tentang kebutuhan dan solusi, tetapi juga tentang pengalaman digital yang penuh dengan gangguan sekaligus peluang.

Dengan melimpahnya informasi online, konsumen memiliki kendali penuh dalam mencari tahu detail produk sebelum membeli. Mereka tidak hanya mengandalkan iklan, tetapi juga trust dari review, artikel, konten media sosial, dan testimoni. Inilah yang membuat Messy Middle menjadi ruang krusial bagi brand untuk hadir dan meyakinkan calon pembeli.

Tahapan dalam Messy Middle

Dalam konsep Messy Middle, terdapat 2 fase yaitu Exploration dan Evaluation. Untuk lebih memahaminya, berikut akan dijelaskan melalui tahapan customer journey:

1. Triggers

Triggers adalah tahap awal ketika konsumen tersadar akan kebutuhan atau tertarik pada sebuah produk. Pemicu bisa datang dari iklan, konten KOL atau Influencer, rekomendasi teman, bahkan tren yang sedang viral.

Baca juga: Tren Mihu-Mihu dan Mahi-Mahi di TikTok, Apa yang Membuat Tren Ini Viral?

2. Eksplorasi (Exploration)

Setelah terpicu, konsumen mulai mencari informasi sebanyak mungkin. Mereka membuka banyak tab di browser, membaca review, scrolling media sosial, hingga menonton konten ulasan dari influencer. Inilah yang dinamakan tahap Messy Midde, yaitu Exploration dan Evaluation. 

3. Evaluasi (Evaluation)

Setelah menemukan beberapa pilihan, konsumen mulai membandingkan. Mereka menilai harga, fitur, kualitas, hingga ulasan pengguna. Tahap evaluasi inilah yang sering memperlama proses pembelian, karena konsumen ingin memastikan pilihannya benar-benar tepat.

4. Purchase (Pembelian)

Tahap akhir ketika konsumen akhirnya membuat keputusan. Setelah melalui eksplorasi dan evaluasi yang panjang, mereka menekan tombol checkout atau membeli produk secara langsung.

Faktor yang Mempengaruhi Messy Middle

Ada beberapa faktor utama yang membuat konsumen berada di Messy Middle, diantaranya: 

1. Informasi Digital yang Melimpah

Konsumen bisa mengakses informasi tanpa batas hanya dengan satu sentuhan layar. Mulai dari artikel review produk, video tutorial di YouTube, hingga postingan influencer di Instagram dan TikTok, semua ini menjadi bahan pertimbangan sebelum membeli. Melimpahnya informasi membuat konsumen semakin betah berada di tahap eksplorasi dan evaluasi.

2. Ulasan dan Review

Testimoni dari pengguna lain menjadi salah satu sumber kepercayaan utama dalam proses pembelian. Ulasan positif dari pada pembeli bisa mendorong rasa yakin terhadap suatu produk, sementara ulasan yang detail memberi gambaran realistis mengenai pengalaman penggunaan. 

3. Rekomendasi Sosial

Opini dari komunitas dan circle sosial memiliki pengaruh besar dalam Messy Middle. Konten yang dibagikan di media sosial, baik dari teman maupun KOL dan influencer, sering kali membuat konsumen lebih cepat memutuskan pilihan. Apalagi review dari akun-akun Instagram, TikTok, dan YouTuber terpopuler di Indonesia sangat berpengaruh pada keputusan pembelian konsumen. 

Baca juga: 7 Perilaku Konsumen yang Terbentuk dari Campaign KOL, Brand Wajib Tahu!

4. Harga dan Promo

Harga masih menjadi faktor krusial dalam proses evaluasi. Konsumen cenderung membandingkan harga antar platform atau toko sebelum membeli. Ditambah lagi, adanya promo khusus, potongan harga, atau gratis ongkir sering kali menjadi pemicu terakhir yang mendorong konsumen untuk segera menyelesaikan pembelian.

Contoh Messy Middle dalam Customer Journey

Bayangkan seorang konsumen ingin membeli skincare. Ia pertama kali terpicu setelah melihat iklan. Lalu ia masuk ke tahap eksplorasi dengan membaca artikel kecantikan, menonton review YouTube, hingga scroll konten beauty influencer di TikTok. 

Baca juga: Mengenal 15 Influencer & KOL Beauty Paling Berpengaruh di Indonesia

Setelah itu, ia masuk ke tahap evaluasi dengan membandingkan harga di e-commerce, membaca ulasan detail, bahkan menanyakan pengalaman teman di grup WhatsApp.

Proses ini mungkin memakan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari sebelum akhirnya konsumen memutuskan untuk checkout produk tertentu. Dari contoh ini, terlihat jelas bagaimana Messy Middle membuat jalur pembelian tidak lagi sederhana, melainkan penuh pertimbangan dan dipengaruhi berbagai sumber informasi.

Proses eksplorasi dan evaluasi yang panjang membuat brand harus hadir secara konsisten di berbagai saluran, baik melalui organic content, review, maupun kolaborasi dengan influencer. Strategi ini akan membantu merebut perhatian konsumen di tengah derasnya informasi digital.

Jika Anda seorang marketer atau brand yang ingin memenangkan persaingan di era Messy Middle, bekerja sama dengan KOL atau influencer adalah langkah yang efektif. Konten mereka mampu memberikan social proof dan rekomendasi yang terasa autentik. 

Untuk lebih memudahkan kerja sama dengan influencer atau KOL, Anda bisa cek rate card mereka di KOL.ID. Platform ini menyediakan tools untuk cek rate card di Instagram, TikTok, dan YouTube secara transparan. Yuk, cek rate card di KOL.ID!