Perkembangan belanja online di Indonesia terus menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Data terbaru dari Jakpat Insight, 95% responden Indonesia mengungkapkan bahwa mereka sudah melakukan pembelian online di tahun 2025. Menarik, bukan? Data Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh masyarakat telah menjadikan belanja online sebagai bagian penting dalam pengalaman berbelanja mereka.
Kehadiran berbagai marketplace dan social commerce membuat masyarakat semakin mudah untuk membeli produk tanpa harus keluar rumah. Fenomena ini juga diperkuat dengan hadirnya akun Instagram, TikTok, YouTuber terpopuler yang memengaruhi keputusan belanja generasi muda melalui konten review maupun rekomendasi produk.
Nah, dengan tingginya peminat konsumen Indonesia dalam belanja online, penting bagi marketer atau brand untuk memahami perilaku konsumen berdasarkan generasi, khususnya Gen Z dan Milenial. Kenapa? Karena keduanya merupakan generasi yang saat ini sedang berada di masa produktif dan berperan besar dalam perekonomian digital.
Keduanya memiliki daya beli yang kuat, tetapi cara mereka memilih platform, melakukan pencarian produk, hingga akhirnya membeli barang sangatlah berbeda. Bagi brand, insight ini dapat menjadi kunci dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat.
Lalu, pertanyaannya, bagi brand yang target marketnya milenial atau target marketnya Gen Z, platform mana yang paling cocok digunakan untuk menjual produk? Shopee atau TikTok Shop? Nah, untuk memahami lebih dalam, yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Karakteristik Gen Z dan Milenial
Walaupun dua generasi tersebut memiliki daya beli yang kuat untuk meningkatkan ekonomi, ternyata mereka berdua memiliki karakteristik yang berbeda dalam belanja online. Karakteristiknya sebagai berikut:
_11zon.jpeg)
Karakteristik Gen Z
Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di era digital sejak kecil. Mereka sangat terbiasa dengan smartphone dan media sosial, sehingga pola belanjanya pun serba mobile-first.
Generasi ini lebih sering membeli produk secara impulsif, terutama jika dipengaruhi oleh tren viral atau rekomendasi influencer favorit. Data dari Whop.com, menyatakan bahwa 52% Gen Z pernah membeli produk berdasarkan rekomendasi influencer. Live shopping, video pendek, hingga ulasan real-time lebih menarik bagi mereka dibandingkan deskripsi produk panjang.
Baca juga: Tren Belanja Lewat Live Streaming Diprediksi Terus Meningkat, Apa yang Harus Dipersiapkan Brand?
Bagi Gen Z, pengalaman belanja tidak hanya tentang mendapatkan barang, tetapi juga tentang mengikuti tren dan merasa menjadi bagian dari komunitas online. Hal inilah yang membuat social commerce menjadi pilihan utama mereka.
Karakteristik Milenial
Berbeda dengan Gen Z, Milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 lebih terbiasa dengan marketplace sejak awal kemunculannya. Mereka lebih rasional dan suka melakukan riset sebelum membeli. Membandingkan harga, baca ulasan, dan mencari informasi detail tentang produk merupakan langkah yang hampir selalu mereka lakukan.
Bahkan data dari Zipto mengungkapkan bahwa 57% Generasi Milenial menggunakan aplikasi atau situs web perbandingan harga sebelum membeli. ini menunjukkan bahwa bagi Milenial, keputusan berbelanja tidak hanya dipengaruhi oleh tren semata, tetapi lebih pada harga produk dan jaminan kualitas yang bisa mereka dapatkan.
Milenial juga sangat peduli dengan kualitas, layanan purna jual, serta keamanan transaksi. Mereka mungkin tidak secepat Gen Z dalam mengambil keputusan, tetapi loyalitas terhadap brand yang sudah dipercaya cenderung lebih tinggi.
Perbedaan Perilaku Belanja Online Gen Z dan Milenial
Setelah mengetahui karakteristik dari Gen Z dan Milenial, sekarang kita membahas perilaku belanja kedua generasi tersebut. Untuk lebih memahaminya, Anda bisa simak gambar di bawah ini!
_11zon.jpeg)
Gen Z: Single Platform Journey
Gen Z sangat menyukai kepraktisan. Mereka lebih sering melakukan semua proses belanja hanya dalam satu platform. Jadi, dari tahap awareness, consideration, hingga conversion, all-in-one dilakukan dalam satu platform yang sama.
Misalnya, mereka menemukan produk melalui short-form video di TikTok yang langsung menarik perhatian (awareness). Pada tahap consideration, mereka tidak perlu berpindah ke aplikasi lain, mereka cukup membaca komentar atau video review lain untuk menilai kualitas produk. Begitu yakin, mereka langsung melakukan checkout di platform tersebut.
Misalnya, ia melihat produk saat scroll konten TikTok, ia membaca komentar, review singkat, lalu langsung klik yellow cart di video tersebut. Semua proses, dari awareness, hingga conversion dilakukan dalam satu ekosistem.
Alasan utamanya sederhana yaitu karena cepat, mudah, dan tidak ribet. Gen Z juga cenderung terdorong oleh FOMO (fear of missing out), sehingga mereka tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membeli barang yang sedang tren atau diskon terbatas.
Milenial: Multiple Platform Journey
Berbeda dengan Gen Z, Milenial lebih suka menjalani perjalanan belanja yang panjang dan lintas platform. Pada tahap awareness, mereka mungkin menemukan produk lewat Ads Instagram, rekomendasi teman, atau video TikTok.
Saat masuk tahap consideration, mereka melakukan riset lebih mendalam, membandingkan harga di berbagai marketplace, membaca ulasan panjang di YouTube, atau mencari informasi tambahan di Google. Tahap ini juga yang disebut dengan Messy Middle, di mana konsumen masih membandingkan harga dan berpindah-pindah platform sebelum membeli. Baru setelah merasa cukup yakin dengan kualitas, harga, dan keamanan transaksi, mereka masuk tahap conversion dengan memilih marketplace terpercaya misalnya Shopee yang menawarkan promo terbaik sekaligus jaminan keamanan.
Proses ini mungkin lebih lama, tetapi bagi Milenial justru menjadi cara untuk memastikan mereka mendapatkan produk dengan kualitas terbaik, harga kompetitif, sekaligus keamanan transaksi yang lebih terjamin.
Baca juga: Memahami Messy Middle, Ini Cara Menghadapi Fase Penting dalam Customer Journey
Preferensi Platform Favorit Gen Z dan Milenial
Nah, setelah mengetahui perbedaan perilaku belanja online antara Gen Z dan Milenial, kita masuk ke pembahasan yang paling bikin penasaran, jadi mana platform favorit Gen Z dan Milenial untuk berbelanja online?
Social Commerce Lebih Disukai Gen Z
Jika kita analisis dari perilaku belanja online Gen Z yang cenderung menggunakan single platform journey, mereka lebih menyukai belanja online di social commerce seperti TikTok Shop. Platform all-in-one di mana mereka menemukan dan membeli produk bisa dilakukan di platform yang sama, tanpa harus membuka platform lain.
Hal ini juga didukung oleh Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) Report, yang mengungkapkan bahwa 63% Gen Z menjadikan social commerce sebagai bagian penting dalam pengalaman belanja mereka. Ini menunjukkan bahwa social commerce menjadi saluran utama untuk menemukan dan membeli produk bagi Gen Z.
TikTok Shop menjadi salah satu favorit karena menggabungkan konten video pendek dengan fitur belanja langsung. Instagram Shop juga menarik bagi mereka karena menampilkan produk melalui visual yang terintegrasi dengan feed. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa Gen Z lebih nyaman dengan social commerce, di mana interaksi dengan influencer dan tren berlangsung dalam satu platform.
Marketplace Lebih Disukai Milenial
Sementara itu, jika dianalisis dari perilaku belanja online Milenial melalui multi platform journey, Milenial lebih menyukai belanja di marketplace terpercaya seperti Shopee atau Tokopedia.
Hal ini juga sesuai dengan data dari Indonesia Milenial Report 2024, yang mengungkapkan bahwa 65% Milenial lebih suka berbelanja di Shopee, dan Tokopedia berada di urutan berikutnya dengan 33,5%.
Data ini menunjukkan bahwa Milenial cenderung memilih marketplace yang bisa membandingkan harga dengan lebih baik, banyak promo dan cashback, serta metode pembayaran yang sudah terjamin. Marketplace ini juga dianggap lebih terpercaya karena memiliki sistem garansi, retur, dan customer service yang jelas.
Gen Z dan Milenial sama-sama menjadi kekuatan besar dalam dunia belanja online, tetapi perilaku mereka sangat berbeda. Gen Z cenderung cepat dalam mengambil keputusan pembelian, mengikuti pola single platform journey, di mana mereka menyukai social commerce untuk belanja online.
Sementara itu, Milenial lebih rasional. Mereka suka membandingkan harga, berpindah-pindah platform untuk research produk, sehingga pola perilakunya cenderung multiple platform journey. Mereka lebih menyukai marketplace terpercaya seperti Shopee atau Tokopedia.
Bagi brand dan marketer, memahami perbedaan ini adalah kunci untuk membuat strategi marketing yang lebih tepat sasaran. Strategi untuk target market Gen Z sebaiknya fokus pada konten kreatif, influencer marketing, dan social commerce. Sedangkan strategi untuk Milenial perlu menekankan pada value, keamanan, dan promo yang kompetitif.
Apapun perbedaan gaya belanja keduanya, satu hal yang jelas, brand harus mampu menyesuaikan pendekatan dengan target audiensnya. Nah, jika Anda ingin tahu cara memilih influencer yang sesuai dengan target audiens brand, Anda bisa cek rate card influencer atau KOL di KOL.ID.
Platform ini menyediakan insight lengkap mulai dari ER, tarif yellow cart, hingga demografi followers, sehingga brand bisa memilih influencer yang memiliki target audiens yang sesuai dengan kebutuhan brand. Yuk, segera cek rate card di KOL.ID dan temukan influencer yang cocok untuk campaign Anda!