Bayangkan Anda membuka aplikasi TikTok hanya untuk scroll video lucu atau menelusuri tren terkini sebagai hiburan, tapi beberapa menit kemudian, Anda justru menemukan produk menarik dan langsung membelinya tanpa berpikir panjang. Ada yang pernah merasa seperti ini?
Nah, Ini adalah realita baru yang tengah melanda dunia digital, terutama di Indonesia. Social commerce telah mengubah cara Anda berbelanja, dan salah satu media sosial revolusioner adalah TikTok Shop.
Pertanyaannya, mengapa belanja melalui social commerce begitu menggoda, dan apa sebenarnya yang membuat TikTok Shop begitu efektif dalam menggerakkan konsumen?
Perkembangan TikTok Shop di Indonesia
Pada 4 Oktober 2023, pemerintah Indonesia melarang aktivitas jual beli langsung di TikTok shop karena berpotensi memberatkan UKM dan pedagang kecil. Hal ini menyebabkan fitur “shop” di aplikasi TikTok ditiadakan.
Namun, TikTok melakukan cara strategis untuk beroperasi secara legal, dengan mengakuisisi saham Tokopedia sekitar 75%. Sisanya, sekitar 25%, tetap dimiliki oleh GoTo Group sebagai mitra lokal.
Integrasi ini diawasi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mencegah praktik harga tak wajar (predatory pricing). Pada akhir Desember 2023, fitur “Shop” kembali muncul di TikTok, tapi kini berjalan sebagai model social commerce hybrid, di mana kontennya dari TikTok, tapi proses belanja via Tokopedia.
Menurut data dari contentgrip.com, Indonesia adalah market terbesar TikTok Shop di Asia Tenggara, dengan lebih 125 juta user. Data Katadata (2023) juga menyebut 74% pengguna TikTok di Indonesia adalah Gen Z dan milenial, kelompok usia yang sangat aktif dan responsif terhadap konten video menarik serta promosi.
Ini menjelaskan mengapa TikTok Shop begitu kuat memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Bagi pengguna muda, batas antara konten hiburan dan iklan sudah mulai kabur. mereka membeli produk karena terhubung secara emosional dengan kontennya.
Strategi Shoppertainment di TikTok
TikTok telah membentuk pendekatan baru dalam dunia social commerce yang disebut Shoppertainment, yaitu penggabungan antara hiburan dan pengalaman belanja. Konsep ini menggabungkan konten hiburan yang menyenangkan sebelum akhirnya konsumen tertarik membeli produk.
Jadi, inti strategi shoppertainment di TikTok adalah pembuatan konten yang menarik bagi audiens hingga akhirnya mempengaruhi minat mereka untuk membeli.
Berbeda dari pendekatan tradisional, shoppertainment memprioritaskan pembuatan konten yang menarik, menghibur, dan menginspirasi konsumen, bukan lagi yang berpusat pada katalog produk atau diskon.

Dalam konsep ini, pengguna tidak sekadar membeli, tetapi pengguna diajak menonton konten yang lucu, inspiratif, atau edukatif sebelum akhirnya tertarik membeli produk.
Untuk membantu brand membangun strategi shoppertainment yang efektif, TikTok memperkenalkan kerangka kerja PACE, yaitu Persona, Assortment, Content, Empowerment.
- Persona: Mengenal siapa target konsumen Anda secara mendalam.
- Assortment: Menyusun produk yang relevan dengan target audiens dan mengikuti tren.
- Content: Membuat konten yang menarik, emosional, dan interaktif.
- Empowerment: Memberdayakan content creator atau influencer untuk menyebarkan pesan brand Anda.

PACE bukan sekadar teori, ini adalah pendekatan berbasis data yang mampu meningkatkan traffic dan rasio konversi di TikTok Shop.
Strategi ini penting karena Anda, sebagai konsumen, semakin dipengaruhi oleh apa yang Anda tonton dan siapa yang Anda ikuti, entah itu akun TikTok terpopuler di Indonesia yang memberi ulasan jujur dalam format short-form video.
Pola Perilaku Konsumen di TikTok Shop
Lalu, dengan adanya strategi shoppertainment di TikTok, bagaimana pola perilaku konsumen di TikTok shop? Nah, berikut penjelasannya.
1. Lebih Mencari Hiburan, Bukan Hanya Diskon
Sebanyak 70% pengguna TikTok membuka aplikasi bukan karena ingin berbelanja, melainkan untuk mencari hiburan. Ini menegaskan bahwa mayoritas pengguna menggunakan TikTok dengan tujuan untuk mencari hiburan, bukan membeli barang atau produk.
Hal ini pun diperkuat dengan data dari RetailAsia.com yang mengungkapkan bahwa, 79% dari mereka justru lebih terpengaruh oleh konten menarik dibandingkan diskon besar-besaran.

Ini mengartikan bahwa diskon yang ada di TikTok bukan menjadi pemicu utama konsumen membeli produk, tetapi karena mereka menikmati kontennya. Video review, get ready with me, atau video tutorial yang dibuat oleh content creator atau influencer di TikTok terasa lebih autentik dan terpercaya oleh konsumen Indonesia.
2. Penemuan Produk Baru Melalui FYP
Salah satu kekuatan TikTok adalah algoritma FYP yang sangat personal. Menurut data dari Social Shepherd dan Vidico, 61 % pengguna TikTok melaporkan menemukan brand atau produk baru melalui platform ini.

Penemuan ini sering kali bersifat tidak direncanakan, namun justru lebih bermakna. Anda bisa saja menemukan sepatu trendi atau lipstik viral saat scrolling santai, lalu membeli karena merasa “relate” dengan narasi yang dibawakan influencer dalam video tersebut.
3. Kemudahan Mencari dan Membeli Produk dalam 1 Platform
Sebanyak 81% pengguna TikTok menyatakan mereka menginginkan pengalaman belanja “all-in-one”, dari penemuan produk hingga pembelian dalam satu aplikasi. Ini menunjukkan bahwa pola konsumen sekarang mau yang simple dalam berbelanja online, mereka mencari dan membeli barang dalam 1 platform yang sama.

Hal ini membuat proses transaksi berlangsung cepat, terutama ketika Anda sedang dalam suasana hati yang baik dan merasa tertarik dengan produknya. Inilah sebabnya mengapa storytelling menjadi elemen penting dalam konten TikTok Shop, karena mampu membangun koneksi emosional yang mendorong keputusan pembelian secara spontan.
4. Influencer & KOL Adalah Pengaruh Terbesar
Content creator atau influencer yang membangun komunitas audiens sangat memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Rekomendasi dari influencer yang Anda ikuti lebih mudah dipercaya daripada iklan konvensional.
Survei dari Cube Asia, mengungkapkan bahwa 87% responden di Indonesia memutuskan pembelian produk berdasarkan rekomendasi influencer.

ini menunjukkan bahwa mayoritas konsumen di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rekomendasi influencer dalam membeli barang di TikTok shop. Para influencer ini, khususnya para KOL TikTok terpopuler di Indonesia, memiliki peran penting dalam menggerakkan tren pembelian.
Apa Implikasinya Bagi Brand?
Apa artinya semua ini bagi Anda yang ingin menjual di TikTok Shop? Strategi konten adalah segalanya. Konten kini bukan lagi alat bantu pemasaran, tapi merupakan aset utama yang menentukan keberhasilan bisnis Anda. Berikut beberapa implikasi perilaku konsumen Indonesia bagi brand:
1. Menyesuaikan Strategi Konten dengan Target Audiens
Langkah pertama yang wajib dilakukan brand adalah memahami siapa sebenarnya target audiens mereka. Apakah mereka Gen Z yang aktif di sosial media, milenial pekerja urban, atau ibu rumah tangga digital? Masing-masing memiliki karakteristik konsumsi konten yang berbeda.
Namun, perlu diingat bahwa konsumen di Indonesia lebih menyukai hiburan, jadi buatlah konten yang menghibur dan menyenangkan, ‘relate’ dengan kehidupan audiens. Semakin sesuai persona kontennya, semakin besar kemungkinan pengguna engage dan tertarik untuk membeli.
2. Bangun Storytelling yang Menarik, Bukan Hanya Tampilkan Produk
Pendekatan hard selling sudah tidak efektif di TikTok. Konsumen sekarang ingin merasakan pengalaman, bukan hanya melihat fitur produk.
Storytelling menjadi kunci, ceritakan bagaimana produk Anda mengubah hidup seseorang, menyelesaikan masalah sehari-hari, atau menjadi bagian dari rutinitas mereka.
Misalnya, alih-alih langsung menyebut keunggulan masker wajah, tunjukkan perjalanan seseorang dari kulit kusam hingga glowing lewat video before-after. Cerita seperti ini jauh lebih membekas dan menggerakkan keputusan pembelian.
3. Buat Konten yang Berpotensi untuk FYP
For You Page (FYP) adalah fitur utama TikTok yang merekomendasikan konten berdasarkan minat pengguna. Data juga menunjukkan bahwa konsumen mendapatkan produk baru melalui FYP. Jadi, buatlah konten dengan hook yang menarik agar tidak langsung di-skip.
Gunakan elemen visual yang mencolok, musik populer, teks singkat yang mudah dibaca, dan struktur storytelling yang runtut. Jika konten Anda engaging, algoritma TikTok akan membantu menyebarkannya lebih luas secara organik.
4. Kerja Sama dengan Influencer atau KOL
Data-data yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, menunjukkan bahwa konsumen Indonesia membeli produk di Tiktok shop karena adanya rekomendasi dari influencer atau KOL. Nah, brand Anda bisa berkolaborasi dengan influencer yang tepat untuk meningkatkan engagement.
Influencer atau KOL yang dipercaya audiens memiliki banyak followers sehingga meningkatkan brand awareness. Anda bisa cek ranking KOL Instagram, TikTok, ataupun YouTube terpopuler di Indonesia melalui KOL.ID. Selain itu, Anda juga bisa bekerja sama dengan influencer saat live TikTok agar mampu meningkatkan views dan conversion.
Bagi brand yang ingin bekerja sama dengan influencer atau KOL untuk membuat konten ‘shoppertainment’, Anda bisa cek rate cardnya di KOL.ID. Platform ini menyediakan tools untuk cek rate card di Instagram, TikTok, dan YouTube dengan mudah. Segera cek rate card dan buatlah konten yang menarik dan menghibur!