Campaign melalui influencer atau KOL memang menjadi strategi yang banyak dilakukan brand saat ini. Brand berkolaborasi dengan influencer yang memiliki niche dan target audiens relevan, lalu dapat membangun awareness dan trust sehingga mampu mendorong peningkatan penjualan.
Nah, dibalik adanya campaign yang banyak terjadi di media sosial, ada salah satu sisi gelap campaign yang harus selalu diwaspadai oleh semua brand, yaitu black campaign. Strategi ini diam-diam bertujuan menjatuhkan reputasi brand lain dengan cara yang sangat halus, hingga audiens, bahkan brand yang diserang sekalipun, sering kali tidak menyadarinya.
Menariknya lagi, ternyata banyak brand yang tidak sadar bahwa campaign brand kompetitor itu sudah menyerang brandnya. Hal ini sering terjadi karena bentuk black campaign kini semakin halus dan tersamarkan. Kalau dulu serangan bisa terlihat jelas lewat perbandingan langsung atau pesan negatif yang terang-terangan, sekarang bentuknya jauh lebih subtle, dibungkus dalam format edukasi, review jujur, atau bahkan storytime dari influencer.
5 Ciri-Ciri Black Campaign Dalam Influencer Marketing
Strategi ini sering tidak disadari brand saat menjadi korban. Nah, untuk mengetahuinya, yuk, simak ciri-ciri black campaign dalam influencer marketing di bawah ini!
1. Ada Ciri Khas Brand dalam Campaign Kompetitor
Salah satu tanda black campaign yang paling sering luput dari perhatian adalah ketika elemen khas dari brand Anda muncul di campaign brand lain dengan konteks negatif. Misalnya, bentuk produk, warna identitas brand, tagline, atau gaya visual yang sangat mirip dengan milik Anda, tapi digunakan untuk memperkuat pesan bahwa produk mereka “lebih baik.”
Data dari YouGov menyatakan bahwa 72% responden menilai bahwa iklan yang menyerang kompetitor menurunkan persepsi dan kredibilitas brand penyerang. Nah, “bad advertising” di sini juga termasuk saat sebuah brand menyerang atau menyindir kompetitor lain secara negatif dalam campaign. Buat banyak orang, iklan seperti itu sangat mengganggu dan tidak profesional.

Baca juga: Ingin Campaign Lebih Efektif? Ini 5 Aspek Penting Campaign Brief Yang Harus Diperhatikan
2. Membandingkan Brand Anda dengan Brand Lain yang Lebih Murah
Taktik berikutnya adalah membandingkan produk dari brand Anda dengan brand lain yang menawarkan harga lebih rendah. Sekilas, kontennya tampak seperti edukasi bagi konsumen untuk “membeli lebih cerdas,” namun jika diperhatikan lebih dalam, narasinya justru menempatkan produk Anda sebagai pilihan yang terlalu mahal atau “tidak sebanding dengan kualitasnya.”
Misalnya, influencer menampilkan dua produk dalam satu frame, produk Anda dengan harga Rp100.000 dan produk lain seharga Rp50.000, lalu menjelaskan bahwa, Anda bisa mendapatkan harga lebih murah dengan kualitas yang mirip. Pesan seperti ini membuat audiens menilai produk Anda tidak worth it, padahal harga yang lebih tinggi bisa saja mencerminkan kualitas bahan, riset, atau keunggulan formula yang tidak dijelaskan dalam konten tersebut. Dalam jangka panjang, perbandingan seperti ini bisa merusak persepsi nilai produk Anda di mata konsumen.

3. Menyebarkan Berita Bohong tentang Produk Anda
Pernahkah Anda melihat video influencer yang sedang membandingkan produk brand lain namun dengan konteks negatif dan dibuat-buat? Bagaimana reaksi Anda saat menonton? Pastinya merasa tidak nyaman dan terganggu kan? Nah, itu juga yang dirasakan audiens lain yang menonton video tersebut.
Kontennya bisa berupa klaim sepihak seperti “produk ini mengandung bahan berbahaya” atau “banyak pengguna yang mengalami efek samping setelah memakai produk ini,” padahal belum ada bukti atau sumber yang jelas. Pola penyebaran informasi seperti ini biasanya tidak terjadi secara alami, ada kemungkinan bahwa pesan tersebut memang sengaja diatur untuk menurunkan kepercayaan publik terhadap brand Anda. Karena itu, penting bagi brand untuk selalu melakukan social listening dan memverifikasi kebenaran setiap isu yang beredar agar tidak terjebak dalam campaign negatif yang menyesatkan.
4. Menyebutkan Kekurangan Brand Tanpa Menjelaskan Kelebihannya
Ini merupakan taktik klasik yang sering ditemukan dalam konten perbandingan produk. Influencer atau kreator biasanya menampilkan dua brand, lalu secara sepihak menyoroti kekurangan dari produk Anda tanpa menyertakan kelebihannya.
Misalnya, mereka mengatakan, “Produk ini membuat kulitku jadi breakout,” tanpa menjelaskan bahwa produk tersebut memiliki kandungan yang lebih kaya atau manfaat jangka panjang yang lebih kuat. Secara tidak langsung, audiens akan menganggap produk Anda lebih buruk, padahal ulasan tersebut tidak disampaikan secara utuh.
Narasi yang tidak seimbang seperti ini terlihat “natural” karena dibungkus dengan gaya review jujur, padahal sesungguhnya sudah mengarah pada framing negatif. Ini juga membentuk opini buruk di kolom komentar dan menurunkan reputasi brand. Jika dibiarkan, hal ini bisa membuat brand Anda kehilangan nilai dan kepercayaan dari audiens yang hanya menerima satu sisi cerita.

5. Memberikan Informasi Tidak Utuh
Bagi pengguna TikTok, pastinya kita sering melihat clipper video yang viral, bahkan lebih viral daripada konten originalnya. Nah, sekarang clipper video menjadi format yang paling cepat menyebar dan mudah viral di media sosial. Di balik tren ini, muncul beberapa brand yang memanfaatkan potongan video atau data dari brand lain secara tidak lengkap, hingga maknanya sering disalahartikan.
Biasanya, strategi ini dilakukan dengan cara memotong pernyataan video brand lain untuk menghilangkan konteks penting di awal atau akhir. Mengambil data sebagian, misalnya hanya menampilkan hasil uji yang belum selesai. Melakukan stitch atau duet dengan menambahkan reaksi negatif di awal, sehingga audiens langsung memiliki persepsi buruk sebelum melihat konten aslinya.
Baca juga: Kenapa Konten Clipping Lebih Cepat Viral? Ini Alasan yang Bikin Penonton Stay & Share!
Dampak Buruk Black Campaign Terhadap Brand
Jika brand melakukan black campaign, dampaknya akan sangat merugikan. Bukan hanya bagi kompetitor yang diserang, tapi juga bagi brand itu sendiri yang melakukannya. Berikut beberapa dampak buruk melakukan black campaign:
1. Turunnya Citra dan Kepercayaan Publik
Ketika publik mengetahui bahwa sebuah brand menggunakan cara-cara tidak etis seperti menyebarkan informasi palsu atau menjatuhkan pesaing, reputasi brand tersebut bisa langsung anjlok. Konsumen cenderung kehilangan rasa hormat dan kepercayaan, karena mereka menilai brand tersebut tidak profesional dan tidak sportif.
2. Resiko Hukum
Black campaign sering kali melanggar aturan hukum, terutama jika mengandung fitnah, pencemaran nama baik, atau penyebaran informasi palsu. Jika kompetitor yang dirugikan menempuh jalur hukum, brand pelaku bisa dikenai sanksi pidana maupun denda. Selain itu, asosiasi industri atau lembaga pengawas bisa memberi sanksi etik yang memperburuk posisi brand di mata publik.
3. Hubungan Buruk dengan Industri dan Partner
Brand yang dikenal suka menyerang kompetitor biasanya akan dihindari oleh pihak lain, termasuk media, influencer, maupun partner bisnis. Mereka khawatir reputasi mereka ikut tercoreng. Dalam jangka panjang, hal ini membuat brand sulit membangun kolaborasi atau menjalin kerja sama strategis di industri.
4. Efek Bumerang di Media Sosial
Di era digital, netizen sangat cepat mendeteksi perilaku tidak etis. Ketika strategi black campaign terbongkar, respons publik bisa sangat keras, mulai dari kritik di komentar, boikot produk, hingga viralnya hashtag negatif. Alih-alih menjatuhkan pesaing, justru brand pelaku yang terkena “serangan balik” dari masyarakat.
5. Turunnya Loyalitas dan Penjualan
Konsumen cenderung ingin membeli produk dari brand yang mereka percaya dan kagumi. Saat brand terlibat dalam kontroversi black campaign, loyalitas pelanggan bisa menurun drastis. Akibatnya, penjualan ikut menurun, bahkan untuk produk yang sebelumnya punya reputasi baik.
Black campaign bukanlah strategi jangka panjang yang bijak. Mungkin terlihat “efektif” sesaat untuk menarik perhatian, tapi dampaknya bisa jauh lebih merusak dalam jangka panjang, baik secara reputasi, etika, maupun finansial. Brand yang cerdas seharusnya membangun kredibilitas dengan cara positif dengan menonjolkan keunggulan diri, bukan menjatuhkan pesaing.
Bagi brand yang ingin membuat campaign, Anda bisa cek rate card influencer dan KOL di KOL.ID. Platform ini menyediakan tools untuk cek rate card di Instagram, TikTok, dan YouTube dengan mudah dan praktis. Yuk, segera cek rate card di KOL.ID dan temukan influencer yang terbaik.